Beijing (ANTARA) - Pemerintah China memprotes penjualan pesawat nirawak Switchblade 300 and ALTIUS 600M-V yang termasuk peralatan militer serta alat-alat lainnya dari Amerika Serikat (AS) ke Taiwan.

"Penjualan tersebut mengabaikan protes serius yang berulang kali dilakukan China," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Kamis.

AS sekali lagi menjual senjata ke wilayah Taiwan, Penjualan semacam itu sangat melanggar prinsip Satu China dan tiga komunike bersama China-AS, khususnya Komunike 17 Agustus 1982, katanya menambahkan. 

Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan AS, Rabu (19/6), mengumumkan persetujuan atas penjualan persenjataan hingga 720 unit Switchblade 300, 291 unit ALTIUS 600M-V serta 101 unit sistem pengendalian tembakan SB300 dan peralatan lain ke Taiwan.

Peralatan tersebut diperkirakan bernilai hingga 300 juta dolar AS, sedangkan sistem anti-tank guided weapon (ATGW) dan peralatan lain bernilai hingga sekitar 60,2 juta dolar AS yang merupakan paket penjualan senjata ke-15 ke Taiwan pada masa pemerintahan Presiden AS Joe Biden.

Switchblade 300 adalah rudal serangan presisi yang dapat dikerahkan dengan cepat oleh pasukan konvensional dan khusus dari posisi bergerak di lapangan atau dari posisi bertahan tetap untuk menargetkan objek di luar garis pandang.

"Penjualan tersebut melemahkan kedaulatan dan kepentingan keamanan China, merugikan hubungan China-AS serta perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, serta mengirimkan pesan yang sangat salah kepada separatis 'kemerdekaan Taiwan'. China mengecam keras dan menentang keras hal tersebut," ungkap Lin Jian.

Seringnya penjualan senjata AS ke Taiwan, menurut Lin Jian, semakin menguatkan Partai Progresif Demokratik (DPP) karena mereka berpegang teguh pada "kemerdekaan Taiwan" dan dengan sengaja melakukan provokasi berdasarkan prinsip satu China.

"Upaya otoritas DPP untuk mencapai kemerdekaan melalui pembangunan militer dan apa yang telah dilakukan AS untuk membantu agenda tersebut hanya akan menjadi bumerang dan tidak membawa hasil apa pun," tambah Lin Jian.

Lin Jian menegaskan masalah Taiwan adalah inti kepentingan utama China, dan merupakan garis merah pertama yang tidak boleh dilewati dalam hubungan China-AS.

"Tidak seorang pun boleh meremehkan tekad dan kemampuan China yang kuat untuk menentang 'kemerdekaan Taiwan' dan menjaga kedaulatan serta integritas wilayahnya," katanya.

Untuk itu, China mendesak AS agar bersungguh-sungguh mematuhi prinsip satu China, mencabut keputusan salahnya menjual senjata ke Taiwan, dan menghentikan tindakan untuk berkomplot dan mendukung "kekuatan kemerdekaan Taiwan", kata Lin Jian.

Penjualan paket senjata AS ke Taiwan tersebut diperkirakan akan dikirimkan pada 2024-2025. Persenjataan yang dirancang untuk beroperasi di sekitar area target dan kemudian menyerangnya ketika terlihat sehingga dapat merespon ancaman musuh dengan lebih cepat.

Pasokan munisi itu melengkapi berbagai rudal presisi yang sudah dimiliki Taiwan, ditambah dengan pesawat nirawak yang diproduksi di dalam negeri, akan mempercepat upaya Taiwan  menciptakan sistem pencegahan berlapis.

Baca juga: China: Kemerdekaan Taiwan berarti perang
Baca juga: Tensi geopolitik semakin tinggi, dunia kian terpolarisasi

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Rahmad Nasution
COPYRIGHT © ANTARA 2024