Jakarta (ANTARA) - Diseksi aorta atau robeknya salah satu lapisan pada pembuluh darah besar (pembuluh darah aorta) merupakan kondisi serius yang memerlukan deteksi dini dan penanganan medis sesegera mungkin.

Meskipun bisa menyerang siapa saja, namun terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan faktor risiko diseksi aorta seperti tekanan darah tinggi, riwayat keluarga dengan diseksi aorta, kebiasaan merokok, kelainan katup jantung, dan lansia.

“Penting bagi kita untuk selalu menjaga fungsi jantung terutama aorta untuk mencegah terjadinya penyakit komplikasi akibat gangguan yang bisa dialami,” kata dr. Dicky Aligheri, Sp.BTKV (K), FIHA, FICA, dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular RS Siloam Lippo Village Karawaci dalam siaran pers, Jumat.

Ia lalu menjelaskan beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diseksi aorta antara lain hipertensi, penyakit arteri koroner, kelainan kongenital atau genetik, cedera atau trauma, penggunaan obat terlarang hingga imbas aktivitas angkat beban.

Baca juga: Dokter ungkap kriteria penderita penyakit jantung memerlukan ring

Gejala dan diagnosa

Beberapa gejala yang mungkin muncul terkait diseksi aorta antara lain, nyeri dada hebat, nyeri punggung, sesak napas, nyeri perut, kelumpuhan ekstremitas dan beberapa gejala non spesifik semisal pucat, berkeringat, atau mual.

dr Dicky menjelaskan terdapat beberapa metode diagnosis untuk mengidentifikasi diseksi aorta yakni pemeriksaan riwayat klinis dan pemeriksaan fisik, CT scan, MRI hingga ekokardiografi.

"Diagnosis diseksi aorta melibatkan evaluasi medis yang mendalam dan detail untuk membantu mengonfirmasi kondisi pasien," kata dr Dicky.

Setelah diagnosis dilakukan, langkah selanjutnya adalah segera mengambil tindakan untuk memberikan perawatan yang diperlukan dan mencegah komplikasi yang lebih lanjut. Berikut ini adalah beberapa jenis pilihan tindakan yang dapat dilakukan:

Baca juga: Dokter tekankan gaya hidup sehat cegah penyakit jantung koroner

1. Minimal Invasif

EVAR (Endovascular Aneurysm Repair) dan TEVAR (Thoracic Endovascular Aneurysm Repair) adalah prosedur perbaikan pada diseksi aorta dan aneurisma aorta (pelebaran atau pembengkakan aorta) melalui metode bedah endovaskular.

Kedua prosedur tersebut dapat digunakan untuk mengatasi diseksi aorta aneurisma aorta abdomen (EVAR) atau aneurisma aorta toraks (TEVAR).

EVAR merupakan tindakan bedah endovaskular yang dilakukan untuk mengobati diseksi aorta dan aneurisma aorta abdomen.

“Dalam prosedur ini, kateter yang dilengkapi dengan stent graft (semacam tabung yang dapat memperkuat dinding aorta) dimasukkan melalui arteri di pangkal paha pasien,” kata dr Dicky.

Stent graft ditempatkan di dalam aorta untuk menggantikan, melapisi, dan memperkuat bagian diseksi atau aneurisma yang melemah. Hal itu membantu mencegah pecahnya aneurisma serta menutup robekan diseksi dan mengurangi risiko komplikasi yang dapat terjadi.

Baca juga: Dokter jelaskan beberapa gejala kondisi diseksi aorta

Sementara itu, TEVAR digunakan untuk mengobati diseksi aorta dan aneurisma aorta toraks, yaitu pelebaran atau pembengkakan pada aorta bagian dada.

“Prosedur ini mirip dengan EVAR, namun stent graft ditempatkan di dalam aorta di area toraks, tepat di atas diafragma. Hal ini membantu mengisolasi dan memperkuat bagian aneurisma dan mencegah pecah atau robekan lebih lanjut serta menutup robekan diseksi,” ujar dr Dicky.

Keuntungan utama dari EVAR dan TEVAR adalah bahwa prosedur itu dilakukan dengan metode bedah endovaskular, sehingga pembedahan terbuka yang lebih invasif dapat dihindari. Dalam beberapa kasus bisa menghasilkan masa penyembuhan yang lebih cepat, risiko infeksi yang lebih rendah, dan waktu pemulihan yang lebih singkat bagi pasien

Namun, penting untuk dicatat bahwa EVAR dan TEVAR mungkin tidak cocok untuk semua pasien dengan diseksi aorta dan aneurisma aorta. Setiap kasus akan dievaluasi secara individual oleh tim medis untuk menentukan apakah intervensi endovaskular dapat menjadi pilihan tepat berdasarkan ukuran dan karakteristik aneurisma, serta faktor-faktor lain seperti riwayat medis dan kesehatan keseluruhan pasien.

Baca juga: Pasien operasi jantung disarankan tidak angkat beban berat

2. Open Heart Surgery

Diseksi aorta dan aneurisma aorta juga dapat diatasi dengan open heart surgery yang dikenal Operasi Bentall. Bentall adalah bedah jantung kompleks untuk mengganti katup aorta dan menggantikan sebagian aorta yang melemah atau aneurisma.

Proses operasi Bentall melibatkan beberapa langkah, yakni pemotongan aorta, pengangkatan katup aorta, pemasangan katup buatan, dan pemasangan graft aorta.

Operasi Bentall biasanya dilakukan pada pasien dengan diseksi aorta dan aneurisma aorta yang mengalami kerusakan signifikan atau penyakit katup aortik yang parah.

Tujuan dari operasi Bentall adalah untuk mengembalikan fungsi normal dari aorta dan katup aorta, serta mencegah pecahnya aneurisma dan komplikasi seriusnya.

Operasi ini memiliki faktor risiko seperti infeksi, pendarahan hingga gangguan irama jantung. Keputusan untuk menjalani operasi harus dibahas dan diputuskan bersama dengan dokter spesialis yang berpengalaman.

Selain Bentall, operasi penggantian aorta merupakan salah satu opsi dari tindakan open heart surgery. Apabila katup aorta dinilai masih baik, maka cukup mengganti pembuluh darah aorta saja seperti Hemiarch dan Total Arch.

Saat ini belum banyak sarana medis yang dapat menangani kasus aorta. Namun, dengan tim medis yang terlatih dan profesional serta didukung oleh teknologi canggih, RS Siloam Lippo Village Karawaci berhasil menjadi salah satu rumah sakit di Indonesia yang dapat menangani kasus pembuluh darah aorta melalui tindakan minimal invasif atau operasi jantung terbuka guna mempercepat penyembuhan.

"Dalam dua tahun terakhir, kami telah berhasil menangani total 27 pasien dengan masalah pembuluh darah aorta yang memercayakan pengobatannya ke RS Siloam Lippo Village Karawaci,” pungkas dr Dicky.

Baca juga: Pasien sakit jantung yang tak bisa jalani bedah invasif minimal

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Siti Zulaikha
COPYRIGHT © ANTARA 2024