Jakarta (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengumumkan status terbaru Gunung Ibu di Pulau Halmahera, Maluku Utara, kini tak lagi awas atau level IV melainkan sudah turun ke siaga atau level III.
 
"Hasil pemantauan visual dan instrumental menunjukkan terjadinya penurunan aktivitas vulkanik," kata Kepala PVMBG Hendra Gunawan dalam laporan yang diterima di Jakarta, Jumat.
 
Hasil pengamatan visual periode 1-20 Juni 2024 terlihat asap kawah utama berwarna putih, kelabu, cokelat, dan hitam dengan intensitas tipis, sedang hingga tebal setinggi lebih kurang 100 sampai 7.000 meter dari puncak.
 
Cuaca dalam kondisi cerah hingga hujan, angin lemah hingga kencang ke arah utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat dan barat laut.

Baca juga: Gunung Ibu muntahkan abu vulkanik setinggi tiga kilometer

Baca juga: Awan abu setinggi dua kilometer muncul di Gunung Ibu
 
Sedangkan, pengamatan instrumental didominasi oleh gempa vulkanik dangkal, gempa letusan, gempa hembusan, dan gempa tektonik jauh yang masih terjadi setiap hari.
 
Selama periode 1-20 Juni 2024, PVMBG mencatat ada 52 kali gempa letusan, 2 kali gempa guguran, 1.351 kali gempa hembusan, 192 kali gempa harmonik, 13 kali tremor non-harmonik, 5 kali gempa tornillo, 14.681 kali gempa vulkanik dangkal, 852 kali gempa vulkanik dalam, 27 kali gempa tektonik lokal, 1 kali gempa terasa (skala II MMI), dan 284 kali gempa tektonik jauh.
 
Pada 1 dan 2 Juni 2024, aktivitas visual dan kegempaan terutama gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal masih tinggi. Terekam rentetan gempa-gempa dangkal yang intens yang mengindikasikan adanya peningkatan tekanan akibat migrasi magma ke ke dalaman dangkal.
 
Ketinggian kolom erupsi juga meningkat hingga mencapai 7.000 meter dari kawah puncak. Erupsi disertai lontaran lava pijar mencapai radius hingga sekitar 2 kilometer dari bibir kawah, disertai suara gemuruh dan dentuman terdengar hingga ke pos pengamatan Gunung Ibu.
 
Mulai 15 Juni 2024, jumlah kegempaan yang terekam dan tinggi kolom erupsi mulai menurun. Kejadian erupsi yang disertai dengan lontaran lava pijar juga mulai berkurang, dan jarak lontarannya juga semakin memendek yaitu dalam radius 1 kilometer dari bibir kawah.
 
Berdasarkan pengamatan di lapangan, potensi bahaya yang mungkin terjadi adalah lontaran lava pijar, awan panas letusan (jika kubah lava hancur atau terbongkar), awan panas guguran (jika material erupsi yang menumpuk di bibir kawah tidak stabil), dan aliran lahar yang sudah teramati di sungai yang melewati Desa Togarebasungi, Desa Todoke, Desa Barona, Desa Naga, Desa Togowo, dan Desa Togerebotua.
 
"Masyarakat di sekitar Gunung Ibu dan pengunjung atau wisatawan agar tidak beraktivitas, mendaki, dan mendekati Gunung Ibu di dalam radius 4 kilometer dan sektoral 5 kilometer dari arah bukaan kawah di bagian utara dari kawah aktif," cakap Hendra.*

Baca juga: Badan Geologi susun pemodelan lahar Gunung Ibu, antisipasi sebaran

Baca juga: Gunung Ibu kembali muntahkan abu vulkanik

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2024