Banda Aceh (ANTARA News) - Perubahan iklim lebih terasakan berdampak kepada perempuan yang kesehariannya lebih banyak terlibat dalam urusan rumah tangga dan kebutuhan keluarganya, kata Ketua Badan Eksekutif Komunitas Solidaritas Perempuan Aceh Cut Risma Aini.

"Dampak perubahan iklim lebih dirasakan kalangan perempuan ketimbang kaum laki-laki. Perempuan harus mendapatkan segala kebutuhan bagi keluarga," ujarnya dalam lokakarya "Peliputan Perubahan Iklim" yang diadakan Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) dan Kedutaan Besar Kerajaan Norwegia, di Banda Aceh, Selasa.

Cut Risma mencontohkan, dampak perubahan iklim bagi perempuan, antara lain dialaminya saat bencana banjir yang membuat kalangan perempuan kerepotan memperoleh air bersih untuk masak hingga keperluan keluarganya agar tetap sehat.

"Misalnya, kebutuhan air bersih. Perempuan mencari air bersih untuk memasak, cuci pakaian dan untuk dirinya sendiri yang lebih banyak," katanya dalam acara yang dihadiri Konsul Kedutaan Besar Kerajaan Norwegia Per Kristian Roer itu.

Hal yang sama dialami perempuan saat kemarau panjang, yang dinilainya, membuat mereka dengan pekerjaan  di sektor pertanian bakal mengalami gagal panen. Akibatnya, banyak perempuan di keluarga petani terpaksa, mencari penghasilan lain untuk membantu biaya hidup rumah tangganya.

Cut Risma mengemukakan, sejauh ini belum sepenuhnya perempuan di Aceh memahami isu perubahan iklim, dan pengetahuan semacam ini lebih banyak mudah dipahami oleh kalangan perempuan di perkotaan.

"Banyak perempuan di desa-desa belum mengetahui apa itu perubahan iklim. Hal ini kami ketahui ketika penelitian yang kami lakukan beberapa waktu lalu," ujarnya.

Dalam penelitian itu, ia mengemukakn, perempuan di pedesaan, terutama mereka yang tinggal di dekat kawasan hutan juga tidak mengetahui bagaimana mereduksi perubahan iklim tersebut.

"Kami pikir, perubahan iklim dan dampaknya bagi perempuan ini harus terus disosialisasikan, sehingga perempuan Aceh bisa lebih terlibat lagi dalam mereduksi perubahan iklim tersebut," demikian Cut Risma Aini. (*)

Pewarta: M. Haris SA
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2014