Bandung (ANTARA News) - Ketua MPR Dr Hidayat Nurwahid, mengatakan, Indonesia belum perlu melakukan impor beras mengingat masih adanya sejumlah daerah di tanah air yang surplus produksi berasnya. "Pemerintah lebih bijak justru membeli beras petani dalam negeri yang daerahnya mengalami surplus beras", katanya usai menjadi pembicara kegiatan silaturahmi nasional Serikat Pekerja Nasional (SPN), di Pusat Dakwah Islam (Pusdai), Bandung, Rabu. Menurut dia, kebijakan membeli beras dari petani dalam negeri, secara tidak langsung akan memperkaya dan menyejahterakan petaninya sendiri ketimbang untuk menyejahterakan petani di luar negeri. Ia mengatakan nantinya beras surplus dari sejumlah daerah di tanah air itu dapat didistribusikan ke daerah-daerah yang mengalami kekurangan beras. "Banyak gubernur yang menyatakan menolak beras impor itu masuk ke kawasannya, karena mereka menilai produksinya mengalami surplus", katanya. Terlebih lagi, katanya, biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk mengimpor beras dari luar negeri akan sama nilainya dengan biaya membeli dari petani seiring disediakannya subsidi untuk masyarakat dalam membeli beras. "Contohnya jika pemerintah memberikan subsidi bagi masyarakat Rp1.000,/kilogram kemudian harga beras impor Rp3.200/kilogram sedangkan harga beras dalam negeri Rp3.500/kilogram, tentunya harga beras dalam negeri terhitung lebih murah mencapai Rp2.500/kilogram karena sudah mendapatkan subsidi", katanya. Oleh karena itu, katanya, pemerintah Indonesia jangan sampai menyusahkan bangsanya sendiri, sebaliknya harus tetap berorientasi dengan memperhatikan akan petani dalam negeri. "Saya mengatakan lebih bijak pemerintah justru membeli beras petani yang di daerah surplus, dan akan memperkaya dan menyejahterakan petaninya sendiri", katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006