Lombok Barat (ANTARA) - Pengasuh Pondok Pesantren Al-Aziziyah Kabupaten Lombok Barat Ustaz Amirudin menyampaikan bahwa santriwati berinisial NI (13) asal Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diduga menjadi korban penganiayaan tersebut punya riwayat penyakit.

"Jadi, anak ini (inisial NI) ada riwayat penyakit, apa itu? Ada semacam jerawat di lubang hidungnya," kata Ustaz Amirudin di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin.

Ketika itu, kata dia, pada Kamis sore (13/6) saat santriwati NI sedang menjalankan program hafalan Al-Qur'an, ada temannya yang melihat korban menusuk jerawat atau benjolan di hidungnya tersebut.

"Waktu itu temannya lihat adik kami ini (inisial NI) menusuk-nusuk jerawatnya atau benjolan di hidungnya dengan jarum pentul yang sudah berkarat," ujarnya.

Teman korban sempat menegur dan mengingatkan bahwa perbuatan itu bisa mencelakainya. Namun, Amirudin mengatakan bahwa peringatan itu tidak diindahkan oleh korban.

"Adik kami ini (inisial NI) tidak hiraukan temannya, malah menusuk (benjolan pada hidung), terus dipencet lagi," ucap dia.

Usai mengikuti tahfiz Al-Qur'an, santriwati NI kembali ke kamar asrama untuk istirahat. Pada Jumat pagi (17/3), Ustaz Amirudin mengatakan bahwa santriwati NI mengalami pembengkakan di bagian mata.

"Besok paginya bengkak itu matanya," kata Ustaz Amirudin sambil menunjuk mata bagian kiri.

Dengan menceritakan kejadian tersebut, Ustaz Amirudin memastikan tidak ada peristiwa pemukulan atau penganiayaan terhadap santriwati NI.

Bahkan, dalam keseharian menjalani pendidikan di Ponpes Al-Aziziyah, santriwati NI terkenal sebagai anak yang rajin dan baik.

Baca juga: Polres Rohil selidiki kasus santriwati tewas diduga keracunan
Baca juga: Polisi: Korban pelecehan di ponpes Sekotong sebanyak 4 santriwati


Santriwati NI juga menempati salah satu kamar asrama utama putri Ponpes Al-Aziziyah, yakni di salah satu gedung asrama lantai 3 dengan kamar bernomor 27.

Menurut dia, kamar tersebut berisi anak-anak dari golongan teladan dan berprestasi serta berakhlak baik.

Dengan keseharian seperti itu, Ustaz Amirudin beranggapan tidak mungkin ada yang berniat untuk memusuhi atau menyakiti santriwati NI.

"Jadi, kami sudah investigasi, kalaupun ada yang menduga ada pemukulan, kami tantang, silakan buktikan, siapa pelakunya, silakan usut," ujarnya.

Begitu juga ajakan kepada pihak kepolisian, Ustaz Amirudin menegaskan bahwa pihaknya terbuka dan mempersilakan agar melakukan investigasi sesuai dengan prosedur hukum.

"Kepada pihak berwajib, kami buka pintu lebar-lebar, silakan investigasi dan temukan siapa yang memukul, kami buka pintu," katanya.

Ustaz Amirudin menegaskan bahwa pihaknya tidak ada niat untuk menutupi persoalan ini demi menjaga nama baik Ponpes Al-Aziziyah.

Ia menyampaikan rasa kecewa terhadap pihak yang sudah menyebarluaskan informasi tidak benar di media sosial (medsos) terkait dengan dugaan penganiayaan terhadap santriwati NI.

"Kami sangat menyayangkan berita di medsos itu, yang katanya santriwati NI ini dipukul pakai kayu, dipukul kepalanya, itu fitnah. Jadi, saya ingatkan diri saya dan semua pihak agar hati-hati dalam menyampaikan informasi," ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa dosa memfitnah atau memberikan suatu informasi yang tidak benar itu lebih besar dari dosa membunuh.

"Jadi, kita harus berhati-hati dalam menyebar informasi," kata Ustaz Amirudin.

Alangkah baiknya, kata dia, informasi dari penyebab dari kondisi kesehatan santriwati NI menunggu hasil rekam medis pihak rumah sakit.

"Yang paling tahu tentang penyebab penyakit itu adalah pihak rumah sakit, rekam medis ada di sana, baiknya tunggu informasi pasti dari pihak rumah sakit," ujarnya.

Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: D.Dj. Kliwantoro
COPYRIGHT © ANTARA 2024