Jakarta (ANTARA) - Smesco Indonesia bekerja sama dengan Du Anyam tengah menyusun peta jalan ekonomi lontar, yang berkelanjutan bagi pelaku UMKM di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Du Anyam adalah sebuah kewirausahaan sosial yang didirikan pada 2014 dengan misi memberdayakan perempuan NTT melalui kerajinan dari tanaman lontar, yang banyak tumbuh di provinsi tersebut dan memiliki berbagai manfaat, termasuk untuk kerajinan tangan.

Hingga kini, Du Anyam telah memberdayakan lebih dari 1.600 penganyam perempuan yang tersebar di NTT, Kalimantan Selatan, dan Papua.

Dikutip dari siaran pers Kemenkop UKM di Jakarta, Senin, kerja sama antara Smesco dan Du Anyam bertujuan untuk memetakan tata kelola lontar sebagai komoditas dan sumber ekonomi rakyat yang strategis di NTT.

Direktur Utama Smeco Indonesia Wientor Rah Mada mengatakan lontar merupakan simbol kekuatan ekonomi terbarukan yang berkelanjutan di NTT.

Lebih dari 15 produk turunan lontar memiliki nilai ekonomi, dengan 27 persen di antaranya dihasilkan oleh perempuan di NTT.

Menurutnya, permintaan pasar lokal, nasional, dan global yang meningkat untuk produk turunan lontar menuntut upaya serius dari berbagai pihak untuk menjaga keberlanjutan produksinya di NTT.

"Pengembangan sektor ini juga dapat menjadi solusi strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTT, terutama dalam menghadapi tantangan ekonomi," ujar Wientor.

Berdasarkan penelitian, terdapat sekitar lima juta pohon lontar yang tumbuh alami di 22 kabupaten di NTT, dengan 80 persen di antaranya berusia lebih dari 10 tahun dan memiliki nilai tambah ekonomi.

Produk utama lontar adalah nira yang didapat dari sadapan bunga, yang bisa diminum langsung atau diolah menjadi gula.

Hasil rata-rata produksi nira lontar per hari mencapai 87,5 liter. Daun lontar digunakan untuk bahan kerajinan, sedangkan batangnya digunakan untuk konstruksi bangunan dan jembatan.

Untuk mewujudkan ekosistem ekonomi kerakyatan di NTT, Smesco Indonesia akan menyelenggarakan diskusi kelompok terarah (FDG) Outlook Ekonomi Lontar NTT 2024 pada 27 Juni 2024 di Kupang.

FGD bertujuan merumuskan tindakan aplikatif terkait skema kemitraan untuk pengadaan bahan baku lontar, program inkubasi UMKM bahan baku lontar, riset dan teknologi, kemitraan pembiayaan dan logistik, serta pemutakhiran database kegiatan ekonomi produktif UMKM yang memanfaatkan komoditas lontar sebagai bahan baku.

Co Founder yang juga Chief of Community & Partnership Officer Du Anyam Hanna Keraf mengatakan bahwa potensi pasar ekspor untuk produk-produk berbahan serat alam sangat besar, terutama di negara-negara Asia.

Diperkirakan pada 2025, pendapatan komunitas dampingan di NTT akan meningkat dua kali lipat dibandingkan periode 2023-2024.

"Namun, salah satu kendala terbesar adalah terkait bahan baku, data dan riset pengembangan/budidaya lontar, rantai pasok, dan ekosistem produksi yang belum optimal. Hal ini yang ingin kita atasi dalam FGD ini," ujar Hanna.

FGD juga diharapkan dapat menjadi jembatan komunikasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah dari desa, kecamatan, hingga kabupaten, Bank Indonesia NTT, Kadin NTT, Smesco Indonesia, Koalisi Ekonomi Membumi, serta Du Anyam dan komunitas yang didampinginya.

Baca juga: SMESCO minta agar platform lokapasar berpihak pada SDM lokal
Baca juga: Smesco upayakan produk kuliner UMKM Indonesia masuk pasar Inggris
Baca juga: Smesco gelar pelatihan seni lukis dorong kemandirian seniman tuli


Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Kelik Dewanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024