New York City (ANTARA) - Menurut laporan The Wall Street Journal (WSJ) pada Senin (24/6), data penumpang bandar udara (bandara) menunjukkan bahwa saat ini merupakan musim panas tersibuk yang pernah terjadi di Amerika Serikat (AS).

Namun laporan itu menyebutkan bahwa saham-saham maskapai penerbangan AS turun sekitar 40 persen selama lima tahun dengan maskapai melaporkan margin profit yang lebih kecil.

"Maskapai penerbangan bertarif rendah seperti Southwest Airlines, Spirit Airlines, dan Frontier Airlines memberikan contoh yang paling menyakitkan," kata laporan tersebut.

Laporan itu menjelaskan bahwa maskapai-maskapai itu bersiap mengambil pangsa pasar dari para pemain lama saat industri ini bangkit dari krisis COVID-19, namun yang terjadi saat ini berjuang untuk tetap mengudara.

Menjadi maskapai bertarif rendah bukan perkara mudah saat biaya-biaya tinggi. Saat ini, harga satu barel minyak berada di kisaran angka 80 dolar AS (1 dolar AS = Rp16.431), dibandingkan dengan sekitar 55 dolar AS sebelum pandemi. Biaya-biaya lain juga melonjak, kata laporan itu.

"Kekurangan pilot dan awak kabin mendorong kenaikan gaji, sementara berbagai peristiwa cuaca dan minimnya staf pemandu lalu lintas udara (air-traffic controller/ATC) telah menyebabkan gangguan operasional yang merugikan," ungkap laporan WSJ.

Laporan itu juga mengungkapkan bahwa masalah pada mesin dan pengiriman pesawat menyebabkan pesawat dikandangkan, biaya pemeliharaan meningkat, serta memperlambat pengenalan model yang lebih hemat bahan bakar.

Menurut laporan itu, meskipun konferensi video tidak membuat perjalanan bisnis menjadi hal yang mubazir dan maskapai-maskapai penerbangan melaporkan peningkatan pemesanan perusahaan selama beberapa tahun ini, tetapi belanja aktual untuk perjalanan perusahaan menyentuh titik terendah.

Asosiasi Perjalanan AS memperkirakan bahwa tahun ini angkanya akan 13 persen lebih rendah dibandingkan pada 2019.

"Kendati demikian, masalah yang lebih besar adalah bahwa maskapai penerbangan telah melupakan pelajaran yang dipetik sebelum pandemi dan menjadikan permintaan pariwisata yang tinggi sebagai sinyal untuk berekspansi secara agresif," tulis laporan tersebut.

Laporan itu menambahkan bahwa kelebihan kapasitas merupakan masalah yang lebih besar bagi maskapai penerbangan AS, yang menjelaskan kinerja buruk.

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
COPYRIGHT © ANTARA 2024