Jakarta (ANTARA) -
Yayasan Save the Children Indonesia bersama Nutrition International membantu penurunan prevalensi stunting di Provinsi Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui Program Better Investment for Stunting Alleviation (BISA).
 
Plt Direktur Kesehatan dan Gizi Save the Children Indonesia Aduma Situmorang menerangkan kolaborasi kedua yayasan merupakan bentuk gotong royong dalam membantu pemerintah meningkatkan kesadaran serta praktik gizi seimbang yang berpengaruh terhadap angka stunting di kedua provinsi tersebut.
 
"Upaya kami selama lima tahun terakhir telah menunjukkan hasil yang positif. Langkah ini juga menjadi komitmen kami untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dalam upaya penurunan stunting di Indonesia," kata Aduma dalam konferensi pers usai serah terima Program BISA melalui dokumentasi pembelajaran kepada tujuh kementerian/lembaga di Jakarta pada Selasa.

Baca juga: Menko PMK: Kejar target prevalensi stunting lewat strategi pentahelix
 
Lebih lanjut ia menerangkan pemilihan Jawa Barat dan NTT karena tingginya angka stunting yang diikuti dengan lambatnya penurunan angka tersebut dari tahun ke tahun.

Oleh karena itu intervensi yang dilakukan oleh kedua yayasan tidak hanya meliputi lingkup rumah tangga dan komunitas, namun juga lingkup sistem layanan kesehatan dan pemerintahan.
 
Dengan keterlibatan program BISA, lanjutnya, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan Kementerian Agama (Kemenag) mengeluarkan surat edaran bersama yang menginstruksikan penerapan ketat suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) mingguan.
 
Tidak hanya itu Gubernur Jawa Barat (Jabar) secara khusus mengeluarkan surat edaran terkait pencegahan anemia melalui Program TTD mingguan untuk remaja putri sehingga berdampak pada peningkatan 30 persen jumlah sekolah yang menerapkan program tersebut di Jawa Barat.

Baca juga: Kunjungan Jokowi diharapkan beri motivasi upaya penurunan stunting di Jabar
 
Sementara itu pada kesempatan yang sama Direktur Nutrition International Indonesia Herrio Hattu menambahkan Program BISA juga memberikan pelatihan terkait manajemen rantai pasok yang berdampak pada peningkatan kapasitas staf farmasi di puskesmas untuk memperkirakan stok dan menghindari situasi kehabisan stok komoditas gizi, seperti TTD, kapsul vitamin A, zink, dan oralit.
 
"Program BISA menjadi salah satu model yang berhasil, yang menitikberatkan pada pendekatan lintas sektor untuk mempercepat pengentasan stunting,” katanya.
 
Ia pun berharap Program BISA dapat terus dilanjutkan oleh pemerintah daerah (pemda) lain guna mencegah terjadinya kasus stunting baru di Indonesia.

Baca juga: Menko PMK minta posyandu kolaborasi kejar target pengukuran serentak

Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2024