Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian menyebutkan penurunan nilai tukar rupiah bisa dimanfaatkan untuk melakukan penggantian barang luar negeri menjadi barang domestik (subtitusi) produk impor agro dan turunannya.
 
"Ini momen yang bagus untuk memperkuat program substitusi impor, seperti sekarang kita melakukan business matching, kita coba mendorong yang impor-impor kita coba substitusi," kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika usai membuka acara temu bisnis industri pengolahan rumput laut di Jakarta, Selasa.
 
Dirinya mengatakan salah satu langkah subtitusi yang dilakukan pihaknya yakni sudah memisahkan bahan makanan (food ingredients) berupa premix yang bisa diproduksi di dalam negeri, sehingga dapat digunakan oleh industri sesuai dengan kebutuhannya.
 
Lebih lanjut menurut dia, saat ini pihaknya belum menerima keluhan dan laporan dampak negatif dari para pelaku industri agro terkait pelemahan nilai tukar rupiah. Hal tersebut karena neraca komoditas di sektor ini sudah cukup baik, karena memiliki stok bahan baku yang mencukupi.
 
"Mungkin dampaknya nanti ke depan, kita lihat dulu perkembangannya. Biasanya naik, dan turun (nilai tukar), lalu pas sudah turun baru diisi (bahan baku)," ujar dia.

Baca juga: Kemenperin: Hilirisasi rumput laut penuhi potensi 11,8 miliar dolar AS

Baca juga: Kemenperin gelar temu bisnis industri rumput laut, pacu penjualan
 
Di sisi lain Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman menyampaikan dari sisi industri makanan dan minuman (mamin) terkait turunnya nilai tukar rupiah, tidak serta merta menaikkan harga jual produk. Hal itu karena untuk industri skala menengah dan besar memerlukan proses yang panjang.
 
Namun dirinya mengakui pelemahan nilai tukar ini berpotensi menjadi suatu masalah bila terus berlangsung, karena sebagian besar bahan baku industri ini masih banyak yang diimpor.

Adhi memprediksi perusahaan yang di bawah naungan asosiasinya bisa mempertahankan harga jual hingga empat bulan ke depan.
 
"Karena masing-masing tergantung dari perusahaannya. Tapi perkiraan saya sih mungkin 3-4 bulan masih bisa," katanya.

Baca juga: Kemenperin tak ingin pemajuan beberapa sektor turunkan kontribusi TPT

Baca juga: Kemenperin gelar pameran vokasi industri pacu kompetensi SDM

Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Agus Salim
COPYRIGHT © ANTARA 2024