Yogyakarta (ANTARA) - Tim mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) meneliti wacana penerapan green election atau pemilihan umum (pemilu) hijau di Indonesia.

"Riset green election ini kami lakukan untuk melihat sebenarnya bagaimana pengaruh wacana terhadap perilaku memilih masyarakat perkotaan," kata inisiator penelitian yang juga mahasiswi Program Studi Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM Lutviana Herawati dalam keterangannya di Yogyakarta, Selasa.

Lutviana mengatakan bahwa penelitian itu melibatkan berbagai pihak, di antaranya instansi pemerintahan, praktisi, dan lembaga swadaya masyarakat serta masyarakat perkotaan sebagai subjek utama penelitian.

Proses Pemilu 2024 yang telah berlangsung beberapa waktu lalu, kata dia, menjadi salah satu latar belakang riset, terutama pada masifnya pemberitaan berkaitan dengan alat peraga kampanye (APK) seperti baliho dan poster pasangan calon yang dipajang di sembarangan tempat.

Pemasangan baliho dan poster tersebut, menurut Lutviana, sangat mengurangi keindahan kota, bahkan pemasangan yang tidak beraturan telah mencederai masyarakat dan menimbulkan sampah yang merugikan lingkungan.

"Kami merasa proses kampanye pemilu kemarin belum cukup baik lantaran masih saja membahayakan masyarakat dan justru mencemari lingkungan," kata Lutviana.

Oleh karena itu, tim peneliti mahasiswa UGM menawarkan topik green election sebagai topik baru dalam kancah perpolitikan di Indonesia.

Penelitian yang berkaitan dengan wacana tersebut, kata dia, sejauh ini belum banyak ditemui, bahkan dalam pandangan mereka belum ditemui di Indonesia.

Baca juga: Relawan Progresif dan pecinta lingkungan bersihkan APK di Jaksel
Baca juga: Ekonom: Sektor energi hijau punya prospek jangka panjang bagi investor


Lutviana dalam penelitiannya dibantu sejumlah peneliti yang juga berasal dari Fisipol UGM, yaitu Farida Ratnawati, Difta Mardi, Krisnanda Kogoya, dan Dian Arsyka, mahasiswi dari Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi UGM.

Difa, anggota tim peneliti menambahkan riset yang berfokus bagaimana sebuah wacana memengaruhi perilaku memilih masyarakat perkotaan. Hal ini telah mereka lakukan di dua kota, yakni Yogyakarta dan Jakarta.

Menurut dia, dua kota tersebut merepresentasikan masyarakat perkotaan untuk pengambilan data riset, termasuk di dalamnya pengambilan data secara survei maupun in-depth interview dengan pihak terkait.

Dari sebuah wawancara dengan anggota KPU DIY Sri Surani, kata Difa, ditegaskan bahwa implementasi praktik ramah lingkungan, antara lain, diwujudkan melalui digitalisasi.

Ia berharap penelitian itu akan terus berlanjut dan mencoba mengikutsertakannya pada Kompetisi Riset Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang Riset Sosial Humaniora yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.

"Dengan adanya riset tersebut dapat menambah pengetahuan khalayak luas mengenai isu lingkungan yang ternyata dapat berkorelasi dengan beragam aspek, termasuk politik," ujar dia.
 

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: D.Dj. Kliwantoro
COPYRIGHT © ANTARA 2024