Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi melakukan pertemuan dengan Executive Secretary CTBTO (Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organization) DR. Robert Floyd, membahas kemajuan ratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT).

"Pertemuan ini sangat penting di tengah situasi dunia yang semakin dipenuhi ketidakpastian di mana konflik dan perang dapat terjadi sewaktu-waktu," kata Menlu Retno setelah pertemuan tersebut di Wina, Austria, pada Kamis (25/6), sebagaimana rilis pers Kemlu RI yang diperoleh ANTARA, Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan bahwa terkait CTBT, dalam ketentuannya dikatakan bahwa CTBT akan berlaku jika negara dalam Annex II CTBT telah melakukan ratifikasi.

"Yang dimaksud negara Annex II di sini adalah negara yang ikut dalam negosiasi CTBT pada tahun 1994 hingga 1996 di Conference on Disarmament, pernah dan masih memiliki senjata nuklir dan atau reaktor nuklir berkapasitas besar," kata dia.

Saat ini CTBT telah ditandatangani 187 negara dan telah diratifikasi 178 negara. Masih diperlukan ratifikasi dari 8 negara Annex II, yaitu China, Korea Utara, Mesir, India, Iran, Israel, Pakistan, dan AS, agar dapat diberlakukan atau biasa disebut entry into force, kata Menlu lebih lanjut.

Indonesia merupakan negara Annex II yang telah meratifikasi pada 2011.

Menlu Retno mengaku kunjungannya ke CTBTO adalah salah satu bentuk komitmen Indonesia terhadap multilateralisme.

"Banyak pihak yang meragukan multilateralisme. Buat Indonesia, kita justru bertanya, apa jadinya jika tidak ada multilateralisme. Yang pasti akan terjadi adalah yang ‘kuat akan menguasai semuanya’," katanya.

Oleh karena itu, ia menilai sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk terus memperkuat multilateralisme, termasuk melalui CTBT.

Dalam pertemuan Menlu Retno dengan Executive Secretary CTBTO, dia membahas beberapa hal, antara lain yang pertama tentang kemajuan ratifikasi.

"Kita sambut baik ratifikasi PNG (Papua Nugini) pada 13 Maret tahun ini, dan kita sepakat untuk terus mendorong ratifikasi oleh negara-negara di Annex II," katanya.

Berikutnya, Menlu Retno juga membahas kerja sama yang telah dijalankan dengan Indonesia.

"Kita memiliki kerja sama yang cukup kuat. Indonesia saat ini menjadi tuan rumah enam CTBTO stasiun seismik yaitu di Jayapura, Sorong, Parapat, Kappang, Baumata dan Lembang," kata dia.

"Stasiun-stasiun ini sangat bermanfaat bagi system early warning tsunami di Indonesia, dan saya sampaikan Indonesia siap untuk melakukan kerja sama yang lebih kuat dengan CTBTO," tambah Menlu.

Sementara itu, Menlu Retno juga menyampaikan harapan agar wakil-wakil Indonesia dapat dipertimbangkan lebih banyak untuk bekerja di CTBTO.

"Saya juga harapkan agar program internship atau magang, baik untuk pelajar maupun profesional muda di CTBTO, dapat memperoleh dukungan," demikian katanya.

Baca juga: Putin cabut ratifikasi perjanjian larangan uji coba nuklir Rusia
Baca juga: Indonesia dorong ratifikasi traktat pelarangan uji coba nuklir

Pewarta: Katriana
Editor: Arie Novarina
COPYRIGHT © ANTARA 2024