Jakarta (ANTARA) - Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) DKI Jakarta menyebut belum seluruh orang dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau ODHIV di wilayahnya patuh minum obat antiretroviral (obat ARV) secara rutin.

Menurut Kepala Bidang Dukungan dan Layanan KPA DKI Jakarta dr. Taufik Alief Fuad dari 59.424 ODHIV berdasarkan data Maret 2023-Maret 2024, sebanyak 40 ribu yang rutin mengonsumsi ARV.

"Dari mereka yang kasusnya sudah ditemukan, hampir 40 ribu sudah berobat teratur minum obat ARV di puskesmas, klinik atau lapas atau rutan," kata Kepala Bidang Dukungan dan Layanan KPA DKI Jakarta dr. Taufik Alief Fuad dalam acara daring bertema "Penanggulangan HIV AIDS di DKI Jakarta" yang diadakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Rabu.

Menurut Taufik, ada berbagai alasan yang menyebabkan pasien tidak rutin berobat atau berhenti berobat di tengah jalan, antara lain karena jenuh, lupa karena sibuk, dan khawatir mendapatkan stigma serta diskriminasi dari masyarakat sehingga menyebabkan pasien sulit bergerak mencari pengobatan.

"Kalau bisa membuat suatu lingkungan yang orang terinfeksi berobat dengan nyaman maka mudah-mudahan mereka bisa berobat dengan teratur," ujar dia.

ARV harus diminum secara rutin setiap hari demi menekan jumlah virus di dalam tubuh pasien. Saat ini, ARV bisa didapatkan secara gratis di sebanyak 156 layanan kesehatan baik itu puskesmas, rumah sakit, klinik atau lapas/rutan di DKI Jakarta.

Lalu, apabila pasien rutin meminum obat maka setelah enam bulan atau satu tahun, maka sekitar 95 persen virus tak lagi terdeteksi di dalam tubuhnya dan ini menandakan dia tak akan menularkan HIV pada orang lain.

"Mereka yang tidak terdeteksi virus tersebut, Insyaallah tidak akan menularkan pada yang lain," tutur dia.

Dia menambahkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan tiga zero atau tiga nol pada tahun 2027 terkait HIV/AIDS, yakni tidak ada infeksi baru, tidak ada lagi orang yang meninggal karena AIDS dan tidak ada lagi stigma atau diskriminasi pada mereka yang terkena HIV. Guna mencapai itu, pemerintah menyosialisasikan STOP yang merupakan akronim dari Stop, Temukan, Obati, dan Pertahankan.

HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, mengganggu kemampuannya untuk melawan infeksi dan penyakit. Jika tidak diobati, HIV dapat berkembang menjadi AIDS, yaitu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh sangat lemah sehingga tubuh menjadi rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit serius.
Baca juga: Pemkot Jakarta Utara giatkan penemuan kasus cegah penyebaran HIV
Baca juga: Pemkot Jakbar selipkan sosialisasi HIV di setiap musrenbang
Baca juga: KPA Jakbar fokuskan dana dari DKI untuk pemberian obat

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ganet Dirgantara
COPYRIGHT © ANTARA 2024