Jakarta (ANTARA) - Kualitas udara di Jakarta pada Kamis pagi ini tidak sehat bagi kelompok sensitif dan menduduki peringkat ketiga sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.
 
Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 05.40 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di urutan ke-3 dengan angka 151 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2,5 dan nilai konsentrasi 54,5 mikrogram per meter kubik.
 
Angka itu berarti tingkat kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan sehingga bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
 
Sedangkan kategori baik yakni tingkat kualitas udaranya tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.

Baca juga: IDAI rekomendasikan anak banyak konsumsi buah saat polusi udara tinggi

Kemudian, kategori sedang yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.
 
Lalu, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.

Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
 
Kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama yaitu Kinshasa, Kongo-Kinshasa di angka 218, urutan kedua Lahore, Pakistan di angka 156, urutan keempat Lima, Peru di angka 126, urutan kelima Delhi, India di angka 122, urutan keenam Accra, Ghana di angka 117.

Baca juga: Polusi Jakarta, DLH DKI awasi 68 cerobong industri
 
Lalu urutan ke tujuh Santiago, Cile di angka 116, urutan ke delapan Dhaka, Bangladesh di angka 111, dan urutan ke sembilan Kota Medan, Indonesia di angka 107, urutan ke sepuluh Manama, Bahrain di angka 99.

Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta memperbanyak Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) untuk mengidentifikasi sumber polusi udara di Jakarta sehingga penanganan masalah tersebut bisa maksimal.
 
"Kami optimis bisa terus memperbaiki kualitas udara demi kesehatan dan kenyamanan seluruh warga Jakarta," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto.
 
Menurut dia, dalam jangka panjang, DLH DKI Jakarta akan meningkatkan jumlah titik pemantauan kualitas udara di seluruh wilayah Jakarta.

Baca juga: Gunakan masker saat keluar rumah karena udara Jakarta terburuk sedunia

Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Edy Sujatmiko
COPYRIGHT © ANTARA 2024