Chengdu (ANTARA) - Musim dingin lalu, Niuniu Mo (bukan nama sebenarnya), seorang pengidap HIV berusia 28 tahun di Provinsi Sichuan, China barat daya, melahirkan seorang bayi perempuan yang sehat melalui operasi caesar. Anak yang didapat dengan perjuangan ini menjadi hadiah Tahun Baru terbaik bagi keluarganya.

Setelah sempat terpuruk akibat narkoba dan HIV, wanita yang berasal dari etnis minoritas Yi itu kini telah bertransformasi dan semakin menghargai hidupnya lebih dari sebelumnya.

"Memiliki anak membawa harapan baru dalam hidup saya," ujar wanita itu.

Kampung halaman Niuniu Mo di Prefektur Otonom Etnis Yi Liangshan dahulu merupakan rute utama masuknya narkoba ke China dari "Segitiga Emas". Pada 1980-an, tempat ini pernah menjadi daerah utama perdagangan, pengedaran, dan konsumsi narkoba. Bahkan yang lebih buruk lagi, daerah ini pernah terdampak parah AIDS lantaran para penyalah guna narkoba yang berbagi jarum suntik dengan mudah menularkan virus HIV.

Dalam pernikahan sebelumnya, Niuniu Mo terseret dalam kecanduan narkoba dan tertular HIV dari mantan suaminya yang juga pecandu narkoba, yang kemudian meninggal karena AIDS. Tak lama setelahnya, Niuniu Mo ditangkap karena penggunaan narkoba dan menjalani rehabilitasi wajib.

Pada 2019, setelah menyelesaikan rehabilitasi wajib, dirinya kembali ke kampung halaman di wilayah Xide dan menjalani program rehabilitasi komunitas selama tiga tahun. Program ini mencakup kunjungan rutinnya ke pusat rehabilitasi komunitas untuk tes urine, dan layanan konseling serta kunjungan rumah yang dilakukan oleh beberapa staf.

Niuniu Mo menikah lagi pada awal 2023 dan kemudian hamil. Selama kehamilannya, dia menerima obat terapi antiretroviral gratis yang disediakan oleh pemerintah.

Kisah Niuniu Mo menunjukkan tekad China dalam memerangi perdagangan narkoba, mencegah peningkatan angka infeksi HIV, dan membantu mantan pecandu narkoba untuk berintegrasi kembali ke dalam masyarakat.

Sejak 2000, China telah mengeluarkan empat rencana aksi lima tahunan yang bertujuan untuk mengekang penyebaran AIDS. Mulai 2004, negara itu menerapkan kebijakan dukungan bagi para pengidap HIV/AIDS dan keluarga mereka, termasuk memberikan obat-obatan gratis dan bantuan hidup. Selain itu, anak-anak yatim piatu dari pasien AIDS yang meninggal dunia diberikan pendidikan gratis.

Pada akhir 2012, ketika China meluncurkan perang melawan kemiskinan, narkoba, dan HIV/AIDS, isu-isu tersebut langsung menjadi agenda utama di Liangshan.

Pada 2016, Lu Gang, seorang polisi, ditempatkan di Guangming di wilayah Xide, dan bertanggung jawab untuk pelaksanaan kampanye antinarkoba dan pencegahan HIV. Peran barunya saat itu adalah merawat lebih dari 300 mantan pecandu, dengan 20 di antaranya mengidap AIDS.

"Pengidap HIV sangat sensitif, sangat takut didiskriminasi dan teridentifikasi," kata Lu.

"Berbicara kepada saya tentang apa yang mereka alami adalah hal yang sulit," lanjutnya.

Jadi, alih-alih mengenakan seragam polisi, Lu mengenakan pakaian biasa, dan selalu meminta izin sebelum melakukan kunjungan ke rumah mereka.

"Dibandingkan dengan periode detoksifikasi awal, 'detoksifikasi' psikologis mereka adalah kunci pemulihan. Khususnya bagi pengidap HIV, mendapatkan kembali kepercayaan diri dalam hidup bahkan lebih sulit karena mereka harus mengatasi kecanduan dan diskriminasi," kata Lu.

Selama bertahun-tahun, Lu telah melakukan segala upaya untuk membantu para pecandu yang dirawat untuk mendapatkan pekerjaan, mengubah jalan hidup banyak keluarga. Dia juga banyak menggubah lagu antinarkoba yang populer.

Pada 2017, sebuah kampanye diluncurkan di Liangshan yang berfokus pada pencegahan HIV/AIDS dan kemajuan pengobatan medis sebagai bagian dari upaya pengentasan kemiskinan. Dari 2017 hingga 2020, total dana senilai 640 juta yuan, atau sekitar 90 juta dolar AS telah digelontorkan oleh pemerintah pusat dan daerah setingkat provinsi untuk kampanye tersebut.

Pada 2020, empat wilayah utama yang berkonsentrasi pada upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, yaitu Butuo, Zhaojue, Yuexi, dan Meigu, tidak hanya mencapai target pengentasan kemiskinan sesuai jadwal, tetapi juga memberikan hasil luar biasa dalam pencegahan HIV. Secara spesifik, tingkat cakupan pengobatan HIV naik menjadi 94,81 persen dari 41,1 persen yang tercatat sebelum 2017, dan tingkat penularan HIV dari ibu ke anak menurun dari 9 persen menjadi 3,66 persen.

Pencapaian menggembirakan lainnya yakni sekitar 95,55 persen pengguna narkoba yang terdaftar di Liangshan telah bebas dari narkoba setidaknya selama tiga tahun. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
COPYRIGHT © ANTARA 2024