Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, pada Kamis pagi, melemah hingga menembus level Rp9.100 per dolar AS menjadi Rp9.104/9.105 dibanding penutupan hari sebelumnya pada posisi Rp9.080/9.087 per dolar AS. "Penurunan rupiah sebesar 24 poin itu, setelah adanya laporan Bank Dunia dan Lembaga Keuangan Internasional (IFC) tentang merosotnya daya investasi di dalam negeri," kata Analis Valas PT PaninBank, Jasman Ginting, di Jakarta, Kamis. Menurut dia, kebijakan perbaikan iklim investasi di Indonesia dinilai belum mampu meningkatkan peringkat daya saing investor asing di dalam negeri. Indonesia dalam survei itu menduduki posisi 135 dari urutanya sebelumnya 131 dari total 175 negara yang disurvei, hal ini memicu pelaku pasar melepas rupiah dan membeli dolar AS, katanya. Meski saat ini, lanjut Jasman Ginting, pelaku pasar juga khawatir dengan inflasi AS yang cenderung meningkat dan memicu bank sentral AS (The Fed) untuk segera menyesuaikan tingkat suku bunganya untuk mengatasi inflasi. "Inflasi AS yang cenderung menguat menimbulkan kekhawatiran pelaku, karena Amerika merupakan pasar potensial bagi negara-negara Asia," katanya. Selain itu juga keluarnya data upah buruh AS yang meningkat yang memberikan gambaran bahwa pertumbuhan ekonomi AS kian melambat, ujarnya. Rupiah, menurut dia, masih berat untuk bisa mencapai level Rp9.000 per dolar AS, apalagi faktor eksternal masih sangat dominan untuk menekan atau memicu pergerakan rupiah. Merosotnya pasar saham Asia juga memberikan tekanan negatip terhadap rupiah, sehingga posisinya kembali menembus level Rp9.100 per dolar AS, katanya. Dia mengatakan pemerintah harus segera melakukan perbaikan-perbaikan yang lebih cepat mengenai iklim investasi untuk menarik investor asing menjelang akhir tahun ini. Apabila semua ini dapat dilakukan maka target pertumbuhan ekonomi pada 2007 sebesar 6,3 persen akan dapat dicapai, karena semua sektor berjalan dengan baik, terutama sektor riil yang selama ini dinilai kurang berperan, katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006