Jakarta (ANTARA) -
Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung menyoroti pentingnya perhatian pemerintah terhadap perguruan tinggi negeri seni yang berperan sebagai media pembelajaran sekaligus agen pemajuan kebudayaan bangsa.
 
Pasalnya, Rektor ISBI Bandung Retno Dwimarwati menilai perguruan tinggi seni memiliki andil penting dalam diplomasi budaya, namun sejauh ini pemerintah belum memberikan perhatian serius, yang salah satunya terlihat melalui ketidakjelasan alokasi anggaran untuk institut seni.
 
“Perhatian terhadap kebudayaan di pemerintahannya pun agak ambigu. Jadi kita berada di posisi Dirjen Dikti. Sementara alokasi anggaran yang terbesar untuk kebudayaan ada di Dirjen Kebudayaan. Saya beberapa kali bertemu dengan Dirjen Kebudayaan dan bertanya posisi kami ini bagaimana,” jelas Retno dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Panja Pembiayaan Pendidikan Komisi X DPR RI dengan sejumlah rektor di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis.
 
Menurut dia, berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perguruan tinggi seni sesungguhnya layak untuk menerima pendanaan melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan, mengingat alokasi anggaran terbesar untuk pemajuan kebudayaan merupakan ranah direktorat tersebut.
 
Namun begitu, pihaknya sampai saat ini masih belum mendapat kepastian soal pendanaan dari Direktorat Jenderal Kebudayaan dikarenakan direktorat itu hanya membawahi agen kebudayaan dalam bentuk komunitas.
 
Ketidakseriusan pemerintah dalam memperhatikan perguruan tinggi seni, lanjutnya, juga terlihat melalui pemberian anggaran revitalisasi sarana PTN sebesar Rp20 miliar yang baru didapatkan ISBI Bandung pada tahun ini.
 
Tidak berhenti sampai di situ, pihaknya nyatanya masih menemui kesulitan dalam membelanjakan anggaran tersebut karena harus menyesuaikan dengan aturan TKDN, sementara ia menerangkan banyak komponen sarana prasarana pembelajaran sekaligus pertunjukkan kampus yang belum memiliki TKDN.
 
“Persoalan belanja modal karena harus TKDN, itu juga jadi masalah lagi untuk ISBI Bandung dengan gedung pertunjukan yang tentu saja membutuhkan alat-alat dengan kualitas harus bagus karena hampir setiap hari digunakan. Nah, kalau dengan alat yang harus dari dalam negeri, saya tidak kebayang seminggu, dua minggu, dua bulan, bahkan setahun terus menerus dipakai,” jelasnya.
 
Oleh karena itu, ia berharap pemerintah dapat adil dalam menaikkan alokasi anggaran bagi perguruan tinggi seni sehingga kualitas sarana dan prasarana meningkat yang diikuti dengan murahnya besaran UKT sehingga dapat membuka lebih banyak kesempatan bagi para siswa yang ingin mempelajari sekaligus memajukan kebudayaan Indonesia.

Baca juga: Kemendikbudristek dukung eksistensi karya seni dosen dan mahasiswa

Baca juga: Tujuh perguruan tinggi seni pameran fotografi

Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Riza Mulyadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024