Kairo (ANTARA News) - Pemerintah Libanon mengajukan tawaran untuk saling tukar-menukar tawanan, dan dua tentara Israel yang ditangkap oleh Hizbullah tidak akan dibebaskan, kecuali Israel benar-benar siap untuk membicarakannya. "Tak ada satu pun dari dua tawanan Israel itu akan dibebaskan, kecuali ada pembicaraan mengenai tukar-menukar tawanan Libanon dan Israel," kata Menlu Libanon Fawzi Salloukh kepada wartawan di satu pertemuan para menteri luar negeri Arab di Kairo, Mesir, Rabu waktu setempat. Pembebasan tanpa syarat dua tentara Israel -- yang ditangkap kelompok gerilyawan Hizbullah Libanon dalam serangan lintas-perbatasan pada 12 Juli 2006 -- itu telah memicu perang selama 34 hari, dan diserukan pula dalam pembukaan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) sehaingga menghasilkan gencatan senjata. Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Israel, Mark Regev, mengatakan bahwa penahanan yang berlanjut oleh Hizbullah atas tentara tersebut melanggar resolusi DK PBB, dan meminta Libanon harus membebaskan mereka tanpa syarat. "Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB, yang menjadi dasar gencatan senjata, meminta secara tegas pembebasan segera dan tanpa syarat tentara yang disandera itu," katanya. Ia mengimbuhi, "Penahanan berlanjut atas tentara kami merupakan pelanggaran berat terhadap gencatan senjata itu. Berlanjutnya pelanggaran itu akan memiliki konsekuensi." Secara terpisah, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Kofi Annan, pada awal pekan ini mengatakan bahwa Israel dan Hizbullah telah menyetujui penunjukannya atas seorang utusan untuk bekerja bagi pembebasan tentara itu. Para pejabat Israel mengatakan, peran Annan adalah untuk menjamin pembebasan tentara itu, bukan untuk menjadi perantara. Oleh karena itu, pihak Hizbullah memberi jawaban berhati-hati, yakni hanya mendukung pembicaraan tidak langsung untuk menjamin tukar-menukar tawanan, demikian AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006