Semarang (ANTARA) - Sejumlah seniman di Jawa Tengah mengatakan bahwa mereka butuh sosok pemimpin muda sebagai Gubernur Jateng agar cekatan dan berani mengambil kebijakan dalam memajukan kesenian dan kebudayaan di daerahnya.

"Menurut saya, muda itu penting ya. Karena lebih 'njamani', adaptif dengan anak-anak muda yang sekarang masanya berkreasi," kata Ketua Dewan Kesenian Kota Semarang (Dekase) Adhitia Armitrianto, di Semarang, Kamis malam.

Menurut dia, calon gubernur Jateng ke depan harus mendukung keberlangsungan seni budaya, termasuk memperjuangkan peraturan daerah tentang pemajuan kebudayaan yang sampai saat ini ditunggu-tunggu.

Perda Pemajuan Kebudayaan, kata dia, penting sebagai implementasi turunan dari Undang-Undang Nomor 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan sebagai acuan legal formal pertama untuk mengelola kekayaan budaya di Indonesia.

"Jateng belum punya. Saya dengar saat ini tengah disusun, tetapi sayangnya teman-teman seniman dan budayawan tidak dilibatkan dalam pembahasannya," kata Adit yang baru saja terpilih sebagai Ketua Dewan Kesenian Jateng.

Pada Mei lalu, kata dia, Dewan Kesenian kabupaten/kota se-Jateng berkumpul di Solo, namun tidak ada pembahasan khusus mengenai kontestasi Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng 2024.

Sejauh ini, ia juga mengaku belum ada seniman yang diajak berkomunikasi oleh para bakal calon gubernur dan wakil gubernur Jateng meski baliho dan spanduk para kandidat sudah bertebaran.

Di berbagai wilayah di Jateng, marak baliho dan poster sosok yang digadang-gadang maju pada Pilgub Jateng 2024, seperti Sudaryono (Ketua DPD Partai Gerindra Jateng), Dico Ganinduto (Bupati Kendal), KH Yusuf Chudlori (Gus Yusuf), dan Achmad Luthfi (Kapolda Jateng).

Selain sosok-sosok itu, Adit melihat Kepala LKPP RI Hendrar Prihadi (Hendi) juga memiliki kans besar jika diusung pada Pilgub Jateng meski nyaris tidak terlihat baliho bergambar mantan Wali Kota Semarang tersebut.

"Kalau Mas Hendi, beliau sudah menunjukkan hal itu (keberpihakan terhadap seni budaya, red.) ketika menjadi Wali Kota Semarang. Baik saat saya jadi Ketua Dekase maupun masih jadi pengurus," katanya.

Terobosan Hendi yang dinilainya penting adalah revitalisasi Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang yang dilakukannya, sebab keberadaan taman budaya yang representatif sangat penting.

"Untuk pengembangan kesenian, Mas Hendi care dan akomodatif. Beliau berani merevitalisasi TBRS, artinya tidak lantas menjual ke investor. Karena ramai saat itu mau dibangun Trans Studio," katanya.

Senada, Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Semarang Sarwoto juga menilai pentingnya sosok muda sebagai pemimpin yang mencintai dan peduli dengan pengembangan seni budaya di Jateng.

"Prinsipnya, kami dan tamen-teman seniman dan budayawan berharap figur muda, cekatan, berani bertindak dalam mendampingi dan mengakomodasi," kata sosok yang akrab disapa "Ndower" itu.

Sosok muda, dinilainya memiliki kemampuan untuk melingkupi semuanya, kreatif, cekatan, dan berani mengambil keputusan, apalagi pewaris seni budaya nantinya adalah generasi muda.

"'Track record' juga penting. Seperti Mas Hendi saat jadi Wali Kota Semarang kan bisa dilihat bagaimana keperdulian dia dengan seni budaya, misalnya SNC (Semarang Night Carnival), revitalisasi gedung-gedung di Kota Lama," katanya.

Sebagai seniman, Ndower mengenal dan mengetahui sepak terjang Hendi yang juga kader PDI Perjuangan itu, mulai kebijakan hingga kepribadiannya yang nguwongke terhadap seluruh kalangan, termasuk seniman dan budayawan.

"Mas Hendi itu 'entengan' orangnya, diundang sedekah desa datang, diundang 'wayangan' gampang. Yang pasti, beliau orangnya juga gampang diajak bicara, luwes, dan mau menerima masukan orang lain," katanya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Hisar Sitanggang
COPYRIGHT © ANTARA 2024