Jakarta (ANTARA) - Produsen rokok Bentoel Grup menjadikan sampah puntung produksi aneka perusahaan di sektor itu menjadi produk bernilai tambah dengan menggandeng Parongpong RAW Lab.

"Ini titik mula kami dan Parongpong untuk program pengumpulan sampah puntung rokok," kata Presiden Direktur Bentoel Grup William Lumentut di Jakarta, Jumat. 

Menurut dia, saat ini pabrik yang dimiliki sudah tidak lagi menghasilkan limbah karena semua telah didaur ulang dengan baik dan merupakan komitmen untuk menjaga lingkungan bersama.

Akan tetapi, kata William, sampah konsumsi yang dihasilkan oleh perusahaannya itu seperti puntung rokok dan bungkus masih menjadi pekerjaan rumah.

Baca juga: Lentera Anak usulkan sampah puntung rokok masuk kategori limbah B3

Untuk itu, pihaknya menggandeng perusahaan pendaur ulang sampah asal Bandung itu dalam rangka menangani puntung rokok.

"Pabrik kita sudah tidak nyampah lagi, sudah didaur ulang semua dari segi sampah. Hanya ada sampah konsumsi salah satunya puntung rokok," katanya. 

Selain itu, pihaknya juga menggelar aksi bersih-bersih pantai yang dilakukan di Pulau Untung Jawa, Kabupaten Kepulauan Seribu.

William menambahkan meskipun kegiatan bersih-bersih sampah itu dilakukan hanya puluhan karyawan, namun itu semua bentuk kepedulian perusahaan tersebut terhadap lingkungan.

Baca juga: Peneliti BRIN soroti urgensi penanganan sampah puntung rokok

"Hari ini kita melakukan aksi bersih-bersih pantai dan memang menemukan banyak puntung rokok serta sampah lainnya," ujarnya.

Sementara itu, Presiden Direktur Parongpong Rendy Aditya Wachid mengatakan bahwa setiap tahunnya perusahaan daur ulang miliknya itu membutuhkan sampah puntung rokok sebanyak 10-12 ton.

Sampah puntung rokok tersebut kata Rendy, digunakan sebagai salah satu bahan untuk pengganti serat fiber yang harganya cukup tinggi.

"Dengan puntung rokok kami bisa membuat produk seperti tatakan, asbak, bahkan sampai kursi dan harganya pun cukup tinggi," kata Rendy.

Baca juga: Pemerintah diminta libatkan generasi muda dalam kampanye dampak rokok

Ia mengatakan bahwa pihaknya mengumpulkan puntung rokok dari berbagai lokasi dan telah bekerja sama dengan puluhan kafe untuk menampung sampah tersebut.

"Kami juga menerima dari pemulung, per kilogram kita hargai Rp1.000," katanya.

Rendy berharap dengan upayanya menjadikan sampah puntung rokok menjadi nilai tambah, maka ke depan bisa mengurangi sampah tersebut.

Bahayakan manusia
Sebelumnya, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Reza Cordova menilai urgensi penanganan sampah puntung rokok karena dampaknya terhadap lingkungan, termasuk menyebabkan mikroplastik.

Baca juga: Lentera Anak soroti dampak negatif rokok bagi lingkungan

"Mikropastik itu membawa kandungan polutan dan dapat membahayakan manusia," katanya.

Reza menjelaskan puntung rokok yang menggunakan filter yang berbahan selulosa asetat terurai menjadi mikroplastik fiber terbuang di lingkungan.

"Yang pertama terjadi adalah lapisan kertasnya yang melapisi selulosa asetat itu robek dulu, kemudian dari (bagian puntung) ujung depan yang terbakar sampai ujung yang belakang akan lepas duluan, terjadi proses fragmentasi. Semakin tinggi suhunya akan semakin mempercepat proses fragmentasi yang ada," kata Reza.

Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Edy Sujatmiko
COPYRIGHT © ANTARA 2024