Bengkulu (ANTARA) - Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bengkulu menyatakan skema perhutanan sosial di sekitar wilayah konservasi Lanskap Sebelat Provinsi Bengkulu harus memprioritaskan semangat konservasi satwa langka kunci.
 
"Kawasan hutan-hutannya (yang diusulkan jadi perhutanan sosial) harus dipertahankan sebagai wilayah hutan. Ini sangat penting bagi satwa kunci gajah dan harimau sumatra," kata Kepala Tim Peneliti Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat di Lanskap Sebelat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bengkulu Siswahyono di Bengkulu, Jumat.
 
Menurut dia banyak cara mempertahankan eksistensi hutan, namun masyarakat tetap mendapatkan nilai ekonomi dari hutan tersebut.
 
Contohnya dengan bentuk pengelolaan hutan ekowisata atau ekoturisme. Wilayah hutan tetap bisa dipertahankan tanpa merusak habitat satwa langka, dan masyarakat yang tinggal di sekitar Lanskap Sebelat tidak kehilangan pendapatan dan tetap dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
 
"Yang pasti kita ingin kawasan hutan masih tetap utuh, tidak mengubah hutan atau terlanjur lagi dibuka lagi menjadi perkebunan, itu tidak boleh," kata dia.
 
Perhutanan sosial yang diusulkan lima desa sekitar Lanskap Sebelat itu, kata Siswahyono, luasnya tidaklah sedikit. Setiap desa mengusulkan sekitar 2.000 hektare untuk dapat dikelola masyarakat menjadi hutan sosial.
 
"Sekitar 10.000 hektare totalnya, atau mungkin 10 persen dari wilayah atau rumahnya satwa langka di Lanskap Sebelat, ini tidak sedikit. Kalau berubah (menjadi seperti perkebunan sawit), tentunya satwa langka ini nanti semakin terdesak, dan akhirnya terjadi interaksi negatif atau dikenal dengan konflik manusia-satwa," katanya.
 
Ketika konflik manusia dan satwa terjadi, satwa langka semakin terancam punah sementara masyarakat dirugikan secara ekonomi dan sosial. Akhirnya, kata dia, kesejahteraan masyarakat setempat semakin menurun.
 
"Dengan pengelolaan yang mengedepankan konservasi, tentunya hal itu akan memberikan nilai ekonomi dan pendapatan masyarakat, interaksi negatif yang menyebabkan kerugian baik ekonomi maupun dari sisi keamanan bisa ditekan," ujarnya.

Baca juga: Bengkulu siapkan rencana aksi koridor gajah sumatera

Baca juga: Tim Konsorsium-Polisi temukan alat berat dalam hutan Mukomuko

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Riza Mulyadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024