Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyerukan kepada industri gula yang ada di Indonesia maupun Asia Tenggara, agar merancang strategi persiapan menghadapi tantangan global.

"Pelaku industri gula harus merancang strategi persiapan menghadapi tantangan pangan global," kata Arief dalam keterangan di Jakarta, Jumat.

Menurutnya, meluasnya tantangan pangan secara global sebagai akibat dari naiknya permintaan terhadap kebutuhan pangan dan perubahan iklim serta konflik geopolitik, harus menjadi perhatian bagi para pelaku usaha pangan.

Arief menyerukan hal tersebut saat membuka 6th Meeting of ASEAN Sugar Alliance (ASA) di Jakarta.

Dalam pertemuan tahunan ASA itu, Arief turut mendorong pelaku usaha gula se-Asia Tenggara untuk semakin memperkuat implementasi prinsip Environment, Social, and Governance (ESG).

"Kondisi dunia sekarang ini penuh tantangan. Untuk itu, adanya forum ASEAN Sugar Alliance pada hari ini dapat menjadi wadah dalam berbagi pengetahuan, bertukar pandangan, dan berkolaborasi mengenai isu dan kondisi terkini," ujar Arief.

Dia berharap semua delegasi negara mempunyai pandangan yang sama bahwa saat ini adalah kesempatan berharga untuk bertukar pengetahuan guna mengembangkan kebijakan, inovasi, dan teknologi.

Ia juga mendorong pelaku usaha budi daya tebu dan produksi gula untuk konsisten menerapkan prinsip ESG. Hal itu penting dilakukan sesegera mungkin agar industri gula semakin mendukung percepatan perwujudan keberlanjutan bagi generasi yang akan datang.

Arief mengatakan, perlunya berbagai langkah antisipasi untuk menyikapi ketidakpastian ekonomi global, konflik geopolitik, dan dampaknya terhadap ekonomi nasional maupun regional pernah diingatkan Presiden Joko Widodo di Februari 2024.

Untuk itu, Arief meminta adanya forum '6th Meeting of ASA’ harus dapat menjadi ajang tukar gagasan dan membuahkan rancangan strategi untuk eskalasi industri pergulaan skala regional Asia Tenggara.

Ia mengungkapkan bahwa perlu adanya pembahasan perkembangan pasar dan produksi gula dan nongula. Lalu perkembangan kebijakan terkait etanol atau produk turunan lainnya untuk optimasi utilisasi tebu pada bidang lain serta bagaimana tentang kebijakan World Trade Organization (WTO) yang terkini.

"Tentang penelitian juga, karena ini merupakan kesempatan bagi kita semua untuk bertukar informasi dan menyusun strategi penguatan industri gula,” ujarnya.

Terkait kondisi gula konsumsi di Indonesia, sebagaimana proyeksi neraca pangan Bapanas, perkiraan produksi gula nasional masih berkisar 2,384 juta ton.

Sedangkan, estimasi kebutuhan setahun konsumsi gula di Indonesia berkisar di 2,933 juta ton, sehingga masih ada minus sekitar 549 ribu ton.

Dalam peningkatan daya saing industri gula, kata Arief lagi, Asosiasi Gula Indonesia (AGI) dan ASEAN Sugar Alliance (ASA) perlu terlibat aktif dalam memberikan rekomendasi dan saran kepada pemerintah.

"Tentu ada banyak tantangan yang memerlukan penyelesaian, misalnya peningkatan produksi, memperkuat penelitian untuk varietas tebu unggul, produktivitas tebu dan tingkat pemulihan gula,” ujar Arief.

Ia mengaku optimistis jika AGI dan ASA dapat secara efektif mengatasi tantangan tersebut dan mempelopori industri gula menuju masa depan yang lebih cerah dan sejahtera.
Baca juga: Kemenperin kurangi kuota impor gula industri
Baca juga: Wapres dukung Papua Selatan jadi salah satu pusat industri gula


Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Budisantoso Budiman
COPYRIGHT © ANTARA 2024