Jakarta (ANTARA) - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) terus melakukan pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kelapa sawit untuk meningkatkan kemampuan pengembangan produk hilir komoditas tersebut.

Kepala Divisi Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi (UKMK) BPDPKS Helmi Muhansyah menyatakan sebagaimana tercantum dalam Perpres Nomor 61 Tahun 2015, maka BPDPKS turut serta dalam pemberdayaan UKM kelapa sawit menjadi salah satu program untuk meningkatkan pengetahuan terhadap signifikansi perkebunan kelapa sawit sebagai produk yang mempunyai nilai strategis.

"Melalui program UKMK yang berkolaborasi dengan stakeholder, kami melatih pelaku UKM untuk mengolah produk hilir seperti sabun, makanan, batik sawit, dan kerajinan," ujar Helmi dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, BPDPKS juga melatih petani sawit yang tergabung dalam koperasi dan kelompok tani untuk membuat produk UKM seperti kosmetik dan kerajinan, agar mereka mendapatkan nilai tambah dari sawit bagi peningkatan kesejahteraan.

Sementara itu Asisten Deputi Pengembangan Kawasan dan Rantai Pasok Kementerian Koperasi dan UKM Ali Alkatiri menyatakan pihaknya mendorong strategi hilirisasi yang menempatkan UMKM dan koperasi sebagai aktor utama, bukan hanya pelengkap.

Misalnya pendirian minyak makan merah di Deli, Serdang Sumatera Utara dan 10 pabrik lainnya di sejumlah wilayah. Kemudian ada program Rumah Produksi Bersama dan juga pendampingan dalam memperoleh sertifikasi mutu produk untuk masuk pasar yang lebih luas.

"Jadi koperasi dan UMKM harus melakukan hilirisasi, jadi tidak hanya memanggul TBS saja," ujarnya dalam diskusi "Peranan UKM Dalam Kebijakan Hilirisasi Sawit" di Jakarta, Kamis (27/6/).

Menurut peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indra Budi Susetyo petani memiliki daya tawar yang lemah dalam rantai pasok, sebab pekebun harus menjual tandan buah sawit (TBS) yang cepat membusuk. Dampaknya, harga TBS gampang jatuh, ditambah permintaan sawit yang fluktuatif di pasar internasional.

“Ke depan, sawit harus digunakan untuk sektor lebih luas. Sekarang 50 juta ton produksi sawit. dan sawit ini supply demandnya tidak tetap. Nah makanya perlu hilirisasi misalnya, kita temukan untuk batik atau coating buah,” ujarnya.

Sementara itu Ketua Pelaksana Temu UKMK dan Promosi Sawit Baik Qayuum Amri menyatakan kegiatan yang didukung BPDPKS ini bertujuan meningkatkan peranan UKM dalam kebijakan hilirisasi sawit agar nilai tambah produk hilir dapat menjangkau lapisan masyarakat.

Dalam Temu UKMK dan diskusi, panitia juga menggelar pameran produk-produk UKM yang berbasis kelapa sawit, dan edukasi makanan sehat.

"Harapan kita teman-teman UKM ini jangan ditinggalkan malah harus diajak dalam hilirisasi sawit. peranannya banyak sekali temen temen UKM, koperasi mulai dari produksinya, pemasarannya juga dan juga jangan lupa pengguna setia sawit," katanya.

Baca juga: BPDPKS dan IPB dukung pengembangan hilirisasi kelapa sawit di Jambi
Baca juga: BPDPKS sebut perbedaan data jadi tantangan utama industri sawit RI
Baca juga: Menperin: Peningkatan kualitas SDM sawit optimalkan hilirisasi

 

Pewarta: Subagyo
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2024