Jakarta (ANTARA News) - Petinggi Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) Timor Timur-Indonesia, Dionisio Babo-Soares, menegaskan bahwa keberhasilan menutup masa silam yang kelam di antara kedua negara dan bangsa menjadi bagian yang mutlak, karena menjadi tugas panggilan sejarah. "Oleh karena itu KKP tidak boleh gagal," kata Ketua KKP dari Timor-Timur (Timtim) itu di Jakarta, Kamis. Kegagalan KKP, menurut dia, berarti kegagalan memanfaatkan momentum untuk menyembuhkan luka lama dan menyusun catatan bersama yang jauh lebih baik lagi. Hal yang lebih mendasar, menurut dia, kegagalan KKP bisa menjadi modal dasar yang buruk sekaligus mewariskan beban sejarah bagi generasi mendatang di kedua negara. Babo-Soares menegaskan, dampak warisan beban sejarah akan sangat berpengaruh langsung kepada terwujudnya hubungan baik antar-negara, seperti yang terjadi di sejumlah negara. "Sebagai contoh, ketika interdependensi negara-negara Asia menjadi semakin erat, justru kerjasama ekonomi dan politik terganggu dengan kontroversi isu sejarah keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II," katanya. Bagi rakyat di sejumlah negara, seperti Cina, Korea Selatan dan Korea Utara yang merupakan korban Jepang di masa lalu, luka lama yang tersisa hingga saat ini belum sembuh, katanya. Dalam konteks KKP, tantangan untuk mengungkapkan kebenaran terletak pada tuntutan untuk membuka kembali lembaran sejarah yang kelam. "Kebenaran yang akan diungkapkan KKP inilah yang akan menjadi landasan persahabatan ke depan," katanya. Diharapkan, kata dia, kedua negara dan bangsa akan mempunyai kesepahaman yang sama mengenai catatan sejarah bersama. Dalam pengungkapan fakta yang utama, menurut dia, bukan mencari siapa yang benar dan salah, namun hal terpenting adalah memperoleh gambaran yang utuh mengenai suatu masa sejarah yang selama ini ditafsirkan berlainan. "Sehingga, kedua bangsa dapat belajar dari pengalaman tersebut, agar hal serupa tidak terulang kembali," ujarnya. Hingga saat ini, KKP yang dibentuk pada Desember 2004 tengah menyelesaikan tahap pemeriksaan dan analisis dokumen untuk mendapatkan gambaran umum peristiwa dan mengidentifikasi informasi peristiwa yang terjadi pada periode 1999 di Timtim atau Timor Leste. Hasil kerja tersebut akan menjadi acuan utama dalam kegiatan tahap pencarian fakta dan verifikasi data, tambahnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006