Medan (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menyatakan, penurunan harga daging ayam ras dominan mempengaruhi deflasi Sumut pada Juni 2024 secara bulan ke bulan (month to month) yaitu 0,33 persen.

"Harga daging ayam ras menyumbangkan deflasi 0,24 persen," ujar Statistisi Ahli Utama BPS Sumut Misfaruddin, di Medan, Senin.

Misfaruddin menyebutkan, harga daging ayam berandil terbesar untuk deflasi Sumut, kemudian disusul tomat 0,16 persen, bawang merah 0,15 persen, sawi hijau 0,05 persen, dan kangkung 0,04 persen.

Panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat, pada Juni 2024, harga daging ayam ras di Sumut rata-rata Rp24.080 per kilogram.

Harga itu turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu Rp29.870 per kilogram.

Sedangkan penyumbang inflasi adalah komoditas ikan tongkol (0,07 persen), ikan dencis (0,06 persen), cabai rawit (0,05 persen), beras (0,04 persen), dan ikan nila (0,03 persen).

Adapun secara tahun ke tahun (year on year), inflasi Sumut pada Juni 2024 tercatat di 3,35 persen atau lebih rendah dibandingkan inflasi Mei 2024 (year on year) yakni 4,26 persen.
Baca juga: Pengamat: Sumut berpotensi inflasi pada Mei jika harga cabai melambung

Aspek deflasi saat inflasi tahunan itu pun mayoritas dipengaruhi daging ayam ras, yakni 0,28 persen, diikuti ikan dencis 0,12 persen, udang basah (0,08 persen), tomat (0,05 persen), dan sawi hijau (0,04 persen).

Adapun inflasi tahunan tersebut paling banyak dipengaruhi cabai merah yaitu 0,79 persen, berikutnya beras 0,63 persen, bawang merah 0,43 persen, emas perhiasan (0,22 persen), dan sigaret kretek mesin (0,18 persen).

Untuk inflasi tahun kalender Sumut atau Juni 2024 terhadap Desember 2023, nilainya ada di angka 1,65 persen.

Terkait deflasi Sumut secara bulan ke bulan pada Juni 2024, pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Gunawan Benjamin berpendapat bahwa deflasi itu terjadi lantaran adanya pelemahan daya beli.

Menurut dia, penurunan daya beli salah satunya terlihat dari merendahnya konsumsi daging ayam pada semester I tahun 2024 sebesar 13 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

"Deflasi yang dipicu oleh penurunan daya beli akan mudah terlihat di lapangan. Ciri-cirinya adalah adanya gangguan suplai atau persediaan yang dipicu oleh banyak hal misalkan cuaca, tetapi di sisi lain harga justru bergerak turun atau tidak mengalami kenaikan," ujar Gunawan.
Baca juga: BPS: Sumut alami deflasi 0,07 persen pada Agustus 2023
Baca juga: Bulog Sumut terus kawal harga beras meski alami deflasi pada Mei


Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Budisantoso Budiman
COPYRIGHT © ANTARA 2024