Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mengutuk keras terjadinya kasus kekerasan di lingkup pondok pesantren (ponpes) hingga menyebabkan hilangnya nyawa seorang santriwati di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Kami berharap polisi dapat segera mengungkap penyebab kematian santriwati dalam kasus ini yang diduga karena menjadi korban perundungan di pondok pesantren dan menemukan para pelakunya," kata Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian PPPA Nahar saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.

Nahar menegaskan pihaknya akan terus mengawal upaya pendampingan bagi keluarga korban dan mendorong polisi dalam pengungkapan penyebab kematian korban. Ia juga menyampaikan turut berduka cita yang mendalam atas meninggalnya korban.

Pihaknya sangat prihatin dengan kejadian perundungan terhadap anak di satuan pendidikan berasrama, dalam kasus ini di pondok pesantren.

Baca juga: KemenPPPA mendesak pengungkapan kematian santriwati di Lombok Barat

"Bisa dibayangkan trauma dan ketakutan yang diderita korban yang menerima perundungan berupa kekerasan fisik," kata Nahar.

Saat ini Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) Provinsi NTB dan UPTD PPA NTT bersama dengan stakeholder terkait siap memberikan bantuan yang dibutuhkan keluarga anak korban, termasuk bantuan hukum, pendampingan psikososial, bahkan rumah aman sementara bagi orang tua anak.

"Kami mendapatkan informasi bahwasanya kasus ini tengah dalam penyidikan Polresta Mataram untuk dapat mengungkap penyebab kematian korban. Kementerian PPPA telah memfasilitasi proses pemulangan jenazah korban dari Lombok ke kampung halamannya di Ende, NTT, yang telah dilakukan pada hari Sabtu (29/6) dan korban telah dimakamkan di Ende," kata Nahar.

Baca juga: Polisi NTB buru pimpinan ponpes terduga pelaku pelecehan santriwati
Baca juga: Polres Lombok Timur pastikan pengembangan kasus pelecehan santriwati

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2024