Washington (ANTARA) - Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Senin (1/7) mengatakan bahwa perjanjian damai antara Azerbaijan dan Armenia akan dapat segera tercapai.

"Saya berbicara sekitar sepekan yang lalu dengan Presiden (Azerbaijan) (Ilham) Aliyev mengenai hal ini. Saya pikir hal ini dapat dicapai, dan hal ini jelas demi kepentingan Azerbaijan dan Armenia, serta kawasan yang lebih luas," kata Blinken dalam sambutannya di Brookings Institution di Washington, DC.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Blinken mengatakan ada "peluang dan potensi luar biasa" untuk mewujudkan perjanjian damai antara kedua negara guna mengakhiri konflik selama beberapa dekade dan menciptakan peluang bagi konektivitas dan pertumbuhan ekonomi di kawasan.

Blinken mengatakan bahwa Azerbaijan mempunyai peran penting dalam hal tersebut.

"Kami telah berinvestasi secara intensif dalam diplomasi kami sendiri dalam upaya membantu membawa Azerbaijan dan Armenia mencapai perjanjian damai, kami telah melakukannya melalui kerja sama dan koordinasi yang sangat erat dengan Uni Eropa, dan saya pikir itu adalah sesuatu yang benar-benar dapat dicapai," tambah Blinken.

Pernyataan Blinken muncul setelah Menteri Luar Negeri Armenia Ararat Mirzoyan pekan lalu mengatakan bahwa negaranya siap menandatangani perjanjian damai dengan Azerbaijan.

Berbicara pada konferensi pers di ibu kota Armenia, Yerevan, Mirzoyan mengatakan sebuah perjanjian mungkin akan disusun dalam waktu satu bulan.
Baca juga: Akhir pahit etnis Armenia di Nagorno-Karabakh

AS telah mengundang dua negara Kaukasus selatan tersebut ke pertemuan puncak NATO pada 9-11 Juli di Washington, yang menandai peringatan 75 tahun aliansi keamanan Barat tersebut.

"Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menjadi tuan rumah acara untuk semua mitra NATO. Termasuk Armenia dan Azerbaijan, jadi kami harapkan keduanya hadir," kata Jim O'Brien, Asisten Menlu AS untuk Eropa dan Eurasia pada konferensi pers yang diselenggarakan di Baku, ibu kota Azerbaijan, pada Jumat (28/6).

O'Brien mengatakan bahwa pertemuan tersebut termasuk pertemuan setingkat menteri luar negeri dan akan hadir bersama negara lain yang memiliki total 30 mitra.

Hubungan antara Baku dan Yerevan tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Karabakh, wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, dan tujuh wilayah yang berdekatan.

Sebagian besar wilayahnya dibebaskan oleh Azerbaijan selama perang 44 hari pada musim gugur tahun 2020, yang berakhir setelah perjanjian perdamaian yang ditengahi Rusia membuka pintu bagi normalisasi dan demarkasi perbatasan mereka.

September lalu, Azerbaijan menegakkan kedaulatan penuh di Karabakh ketika pasukan separatis di wilayah tersebut menyatakan menyerah.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Armenia kembalikan 2,5 desa ke Azerbaijan
Baca juga: Azerbaijan peringatkan peningkatan militer Armenia di perbatasan

Baca juga: Presiden Azerbaijan: Prancis bertanggung jawab jika ada konflik baru

Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: M Razi Rahman
COPYRIGHT © ANTARA 2024