Phnom Penh (ANTARA) - Taman arkeologi Angkor di Kamboja meraup pendapatan sebesar 24,35 juta dolar AS (Rp396 miliar) dari penjualan tiket selama periode Januari-Juni tahun ini, naik 36,2 persen dibandingkan 17,87 juta dolar AS pada periode yang sama tahun lalu, menurut pernyataan Angkor Enterprise, perusahaan milik Pemerintah Kamboja.

Pada Juni saja, situs itu menarik 49.692 wisman, menghasilkan pendapatan 2,15 juta dolar AS, masing-masing naik 21 persen dan 18,7 persen, dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu, kata laporan tersebut.

Terletak di Provinsi Siem Reap, Taman Arkeologi Angkor dengan luas 401 km persegi itu merupakan rumah bagi 91 kuil kuno, yang dibangun dari abad ke-9 hingga abad ke-13.
 
 


Taman tersebut, yang masuk dalam Daftar Warisan Dunia Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 1992, merupakan tujuan wisata paling populer di negara Asia Tenggara itu.

Sekretaris Negara sekaligus Juru Bicara Kementerian Pariwisata Kamboja Top Sopheak yakin bahwa Bandar Udara Internasional Angkor Siem Reap yang diinvestasikan oleh China, yang mulai resmi beroperasi secara komersial pada November tahun lalu, akan membantu menarik lebih banyak wisman ke taman Angkor.

Dengan landasan pacu sepanjang 3.600 meter, bandara internasional level 4E tersebut saat ini merupakan bandara terbesar di Kamboja dan menjadi pintu gerbang internasional utama menuju taman Angkor.

Sopheak pun yakin bahwa Tahun Pertukaran Antarmasyarakat China-Kamboja 2024 juga akan menarik lebih banyak wisatawan China untuk berkunjung ke Kamboja, terutama ke Angkor. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Atman Ahdiat
COPYRIGHT © ANTARA 2024