Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria menyoroti perubahan besar yang sedang terjadi dalam lanskap media di era disrupsi digital.

Dia menilai bahwa media besar saat ini sedang mengalami kesulitan, sementara media kecil yang memiliki biaya operasional lebih efisien mampu bertahan.

"Di tengah guncangan ini kelihatannya yang besar-besar yang kesulitan, tetapi media yang kecil yang mungkin biayanya juga cukup efisien mereka bisa bertahan," kata Nezar di Jakarta, Rabu.

Nezar menuturkan, di tengah situasi ini, muncul berbagai media baru yang lebih tersegmentasi dan berinteraksi langsung dengan audiens mereka. Media-media ini mengajak pembaca atau penonton untuk turut berpartisipasi dalam menentukan informasi yang mereka butuhkan.

Baca juga: Industri TV nasional perlu adaptif hadapi disrupsi digital

Baca juga: Kemkominfo tingkatkan kecakapan digital anak muda untuk Indonesia Emas


Menurut dia, di abad ke-21 ini, media telah kehilangan kendali atas audiensnya. Kini, platform digital dengan algoritma mereka yang menentukan siapa yang membaca atau menonton media tersebut, bukan lagi media itu sendiri.

Nezar menilai dampak dari perubahan ini sangat serius terhadap model bisnis media tradisional.

Ia mengatakan saat ini terjadi penurunan signifikan dalam konsumsi media tradisional seperti televisi dan radio. Di sisi lain, tren media digital seperti siniar atau podcast mengalami peningkatan pesat.

"Kalau menurut survei tinggal 30 menit orang mendengarkan radio dan yang menonton televisi di bawah dua jam sekarang, itu data 2021. Di 2023 atau 2024 kita enggak tahu kemungkinan besar menurun lagi," kata dia.

Selain itu, lanjut dia, hadirnya platform digital memunculkan fenomena "homeless media", yaitu media yang tidak memiliki situs web sendiri dan hanya menggunakan platform seperti Instagram untuk menyebarkan berita.

Nezar mengatakan bahwa disrupsi digital ini telah memberikan tantangan besar bagi industri komunikasi. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana memetakan situasi ini dengan tepat dan merumuskan model bisnis yang baru.

Ia mengatakan generasi muda saat ini tidak lagi membaca koran atau menonton televisi, dan generasi mendatang mungkin tidak akan mengenal media tradisional sama sekali.

"Dan itu evolusinya terus berlangsung dan ini kenyataan yang harus kita terima sebagai sebuah keniscayaan perubahan akibat teknologi," kata Nezar.

Terkait upaya pemerintah dalam mendukung industri media di tengah disrupsi digital, Nezar mengatakan saat ini pihaknya sedang menunggu Revisi Undang-Undang (RUU) tentang Penyiaran yang saat ini sedang digodok oleh DPR.

"Kita kan lagi menunggu revisi UU Penyiaran, ini lagi digodok DPR. Kementerian Kominfo belum menerima drafnya. Nanti kalau sudah diterima kita akan coba pelajari dan akan membicarakan lebih dalam, lebih detail dengan pemangku kepentingan, baik itu dengan masyarakat sipil maupun pelaku industri," pungkas dia.

Baca juga: Dirut LKBN ANTARA ingatkan perlu inovasi pers di era disrupsi digital

Baca juga: Perlindungan data pribadi sangat penting di era disrupsi digital

Baca juga: Doktor Unej disertasikan persaingan bisnis media di era disrupsi

 

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA 2024