Jakarta (ANTARA) -
PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menyentuh level 7.585 pada akhir 2024, seiring dengan penyesuaian suku bunga acuan oleh pelaku bisnis dan emiten.

Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menyampaikan bahwa proyeksi IHSG didasari oleh pertimbangan bahwa makroekonomi terkini terkait ruang penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) yang lebih terbatas, serta posisi nilai tukar rupiah.

“Dengan prediksi tersebut, Tim Riset Mirae Asset memiliki 9 saham pilihan (top picks) yaitu ACES, ASII, BBRI, BBCA, BMRI, CPIN, MAPI, MYOR, dan TLKM,” ujar Rully dalam Investor Network Summit 2024 by Mirae Asset di Jakarta, Rabu.

Dalam kesempatan ini, Rully mengatakan penyesuaian top picks dilakukan dengan memasukkan BMRI dan TLKM untuk menggantikan ANTM dan HRUM.

"Penyesuaian ini perlu dilakukan di tengah volatilitas pasar yang cukup tinggi, sehingga perlu lebih selektif dalam pemilihan saham berkapitalisasi pasar besar dan berfundamental kuat," ujar Rully.

Ia menjelaskan, volatilitas ditunjukkan oleh arus keluar modal asing dari pasar modal (foreign nett sell) senilai 2,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS), yang mana 2,7 miliar dolar AS dalam bentuk obligasi pemerintah dan 600 juta dolar AS dalam bentuk saham dan efek ekuitas lain sejak awal tahun hingga 24 Juni 2024.

Terkait makroekonomi, Rully optimistis kondisi Indonesia akan positif dan memprediksi ruang penurunan suku bunga acuan BI masih akan dipengaruhi oleh posisi nilai tukar rupiah yang semakin stabil dan potensi penurunan suku bunga acuan AS atau Fed Fund Rate (FFR).

Di tengah berbagai tantangan, Ia memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan akan sesuai target pertumbuhan BI sebesar 10 sampai 12 persen.

Menurut dia, kebijakan BI yang diambil saat ini berfungsi untuk mendukung stabilitas, dan Mirae Asset memperkirakan hal ini akan bertahan lebih lama dengan pengaruh dari volatilitas Rupiah yang semakin terjaga.

“Maka dari itu, kami memprediksi pertumbuhan PDB Indonesia menjadi 5,01 persen pada 2024 dan 5,02 persen pada 2025, karena kebijakan penurunan suku bunga yang kurang agresif dibanding perkiraan sebelumnya," ujar Rully.

Ia melanjutkan, perekonomian global pada semester II-2024 diprediksi akan ditopang oleh AS dan India sebagai mesin pertumbuhan sampai tahun depan.

Untuk AS, pihaknya meyakini bahwa pertumbuhan ekonominya akan cenderung moderat, didorong oleh dampak lambat dari pengetatan kebijakan moneter yang sangat agresif sejak 2022.

Sebagai faktor lain, Ia meyakini ketidakpastian masih sangat tinggi dan sulit memprediksi berlanjutnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel.

"Ketegangan geopolitik di daerah lain, lanjutnya, dapat mendorong volatilitas jangka pendek, tetapi angka permintaan global masih lemah terutama karena lemahnya pertumbuhan ekonomi China," ujar Rully.

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Ahmad Buchori
COPYRIGHT © ANTARA 2024