Kunming (ANTARA) - Di Hebian, sebuah desa etnis Yao di Provinsi Yunnan, China barat daya, 30 pakar pertanian dan pejabat pemerintah dari 13 negara peserta pembangunan bersama Sabuk dan Jalur Sutra mendapatkan pengalaman langsung tentang upaya pengentasan kemiskinan dan revitalisasi pedesaan di China.

Menyaksikan jalanan yang bersih dan rapi serta rumah-rumah antik yang menawan, sulit untuk membayangkan bahwa dahulu tempat tersebut merupakan sebuah desa yang terpuruk dalam kemiskinan. Dahulu, sebagian besar penduduk setempat tinggal di rumah-rumah kayu yang reyot, bahkan terkadang manusia dan hewan berbagi tempat yang sama.

Keadaan mulai berubah pada 2015 ketika Li Xiaoyun, seorang profesor dari Sekolah Tinggi Humaniora dan Studi Pembangunan di Universitas Pertanian China (China Agricultural University), memprakarsai penelitian praktis tentang pengentasan kemiskinan dan pembangunan pedesaan di Hebian bersama timnya, memberikan saran-saran berharga untuk pembangunan setempat

Dalam beberapa tahun, desa itu mengalami transformasi yang luar biasa, dengan rata-rata pendapatan rumah tangga tahunan mencapai hampir 60.000 yuan (1 yuan = Rp2.253) pada 2023.

Di sebuah homestay yang dihiasi dekorasi etnik dan dilengkapi fasilitas modern di desa tersebut, para pengunjung terlihat menikmati masa menginap yang nyaman sembari menikmati pemandangan hutan hujan tropis yang masih alami.

"Kunci keberhasilan Hebian terletak pada hubungan organik antara pengentasan kemiskinan dan revitalisasi pedesaan, serta integrasi modernisasi pedesaan ke dalam proses modernisasi perkotaan," tutur Li.
 
  ejumlah pakar pertanian dan pejabat pemerintah dari 13 negara Sabuk dan Jalur Sutra foto bersama di Desa Hebian, Prefektur Otonomi Xishuangbanna Dai, Provinsi Yunnan, China, pada 27 Juni 2024. (Xinhua/Dong Bohuai)

Ivelin Dimitrov Markov, associate research dari Universitas Pertanian Plovdiv di Bulgaria, mengatakan bahwa mereka datang ke Hebian untuk belajar dari pengalaman dan praktik-praktik pembangunan pedesaan di sana.

"Ini merupakan pencapaian yang luar biasa dalam mempertahankan karakteristik pedesaan seraya meningkatkan kehidupan penduduk desa dengan fasilitas modern," ujar Hadar Kiggundu, seorang insinyur irigasi pertanian dari Uganda.

"Anda dapat melihat kebahagiaan di hati mereka lewat senyumannya," kata Bashiru Gwandu Shehu, seorang pejabat pemerintah federal Nigeria.

Muhammad Kamran, seorang pejabat Kementerian Pertanian Pakistan, mengatakan bahwa dari awal hingga akhir perjalanannya pada hari itu, dia tidak melihat satu pun lahan yang tidak memiliki tutupan hutan. "Hal ini menunjukkan semangat masyarakat China untuk perlindungan lingkungan."

Kamran gemar membuat konten di media sosial dan telah memiliki lebih dari 6.000 pengikut. Dia membagikan foto-foto keindahan ekologis pedesaan serta lagu dan tarian rakyat dari perjalanan ini, yang dengan cepat mengundang keingintahuan para warganet di seluruh dunia. Seorang profesor fisika Pakistan yang terlibat dalam penelitian itu berkomentar bahwa dirinya berharap Kamran dapat membawa kembali pengalaman pembangunan pedesaan China ke Pakistan.

Banyak negara berkembang menghadapi tantangan dalam pembangunan pedesaan dan modernisasi sehingga pengalaman pembangunan di Hebian dapat menjadi referensi yang berharga bagi negara-negara tersebut, kata Hadar.

Wu Yifan, seorang sarjana muda dari Universitas Pertanian China, mengatakan bahwa lebih dari 200 pakar, cendekiawan, dan pejabat pemerintah dari berbagai negara seperti Jerman, Singapura, Korea Selatan, Laos, Kamboja, Rumania, dan lainnya telah mengunjungi Hebian, dan desa itu telah menjadi jendela bagi dunia dalam memahami pembangunan pedesaan di China.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024