Lombok, NTB (ANTARA) - Direktur Global Program Shell Eco-marathon Norman Koch mengemukakan ajang kompetisi inovasi mobil hemat energi Shell Eco-marathon telah melahirkan sejumlah inovasi teknologi dari pelajar atau mahasiswa yang sudah diadopsi dalam industri otomotif.

"Salah satu inovasi itu adalah start-stop yang sudah dikembangkan mahasiswa dari tahun 80-an. Teknologi tersebut baru dipakai secara mainstream 10 tahun kemudian," ujar Norman kepada awak dalam ajang Shell Eco-marathon Asia-Pasific and the Middle East 2024 di di Sirkuit Internasional Mandalika, Lombok, Kamis.

Melalui ajang Shell Eco-marathon juga memunculkan temuan software model charging-discharging terutama untuk kendaraan listrik. Selain itu juga penemuan komponen ring yang dikembangkan.

Norman menegaskan, temuan teknologi itu sepenuhnya menjadi hak kekayaan intelektual para pelajar yang mengikuti ajang Shell Eco-marathon.

​Pihaknya hanya membantu hanya membantu mereka mematenkan inovasi (menjadi hak paten) karena merupakan ide atau penemuan dari para mahasiswa yang boleh dikomersialkan kampus mereka.

"Kami tidak akan mematenkan teknologi itu dan memakainya karena itu sepenuhnya milik tim-tim mahasiswa," imbuhnya.

Baca juga: Sudah 44 tim lolos inspeksi Shell Eco-marathon di Sirkuit Mandalika


Ia menjelaskan, selain melahirkan inovasi teknologi, Shell Eco-marathon juga berkontribusi melahirkan jebolan yang bisa berkarya di industri besar dunia.

Norman mencontohkan mantan peserta Shell Eco-marathon yang menjadi direktur teknis di Tesla, Boeing, dan banyak perusahaan lain.

"Tentu saja Shell juga merekrut sejumlah besar mahasiswa itu di banyak negara melalui kompetisi ini," ujarnya.

Norman menambahkan, pelajaran penting yang didapat para pelajar melalui ajang Shell Eco-marathon adalah kemampuan merespons tantangan dan bagaimana untuk memberikan hasil terbaik.

"Para pelajar belajar untuk karir mereka di masa depan, di perusahaan atau sebagai pengusaha, itu adalah hal yang penting yang dibawa dan dihasilkan dari kompetisi ini," pungkasnya.

Pelajaran itu, kata dia, yang juga sedang diberikan melalui ajang Shell Eco-marathon Asia-Pasific and the Middle East 2024 di Sirkuit Internasional Mandalika, Nusa Tenggara Barat.

Ajang yang berlangsung selama 2-6 Juli itu diikuti lebih dari 800 pelajar yang terdiri dari 78 tim dari 12 negara yang saling berlomba mengembangkan mobil hemat energi untuk kategori prototype dan urban concept menggunakan tiga sumber energi yaitu pembakaran dalam mesin (bensin, solar, etanol), baterai elektrik, dan hidrogen.

Baca juga: Tim Indonesia dinilai selalu cemerlang pada ajang Shell Eco-marathon
 

Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Hernawan Wahyudono
COPYRIGHT © ANTARA 2024