Gaza City (ANTARA) - Pemimpin kelompok pejuang Palestina Hamas, Ismail Haniyeh mengadakan pembicaraan dengan Qatar, Mesir, dan Turki untuk meninjau perkembangan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Dalam pernyataan yang dirilis Rabu (3/7), Hamas mengatakan Haniyeh telah berkomunikasi dengan para mediator di Qatar dan Mesir mengenai ide-ide untuk mencapai kesepakatan yang akan mengakhiri agresi brutal Israel terhadap warga Palestina di Gaza.

"Haniyeh juga berbicara dengan para pejabat di Turki mengenai perkembangan terkini," kata Hamas.

Israel telah menewaskan hampir 38.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak melancarkan serangan balasan terhadap Hamas pada 7 Oktober 2023.

Serangan militer Israel telah menghancurkan daerah kantong pantai tersebut.

Para mediator menyampaikan tanggapan dari Hamas terhadap usulan yang mencakup pembebasan sandera yang ditahan di Gaza dan gencatan senjata di wilayah tersebut.

Israel sedang mengevaluasi respon dari Hamas dan akan menyampaikan jawabannya kepada para mediator, menurut pernyataan yang dirilis oleh kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atas nama badan mata-mata Mossad.

Mesir, Qatar, dan AS telah berupaya selama berbulan-bulan untuk mengamankan proses gencatan senjata dan pembebasan 120 warga Israel yang masih disandera Hamas di Gaza.

Namun, upaya mediasi itu tetap tidak berhasil.

Hamas mengatakan kesepakatan apa pun harus mengakhiri perang dan memungkinkan penarikan seluruh pasukan Israel dari Gaza.

Di lain pihak, Israel cenderung akan menerima jeda kemanusiaan untuk sementara waktu dan tetap bertekad mengakhiri perlawanan Hamas.

Sumber: Anadolu
Baca juga: Terus bertambah, korban tewas di Gaza naik lagi jadi 37.877 orang
Baca juga: Hamas: Dermaga AS di Gaza hanya sekadar pertunjukan politik
Baca juga: Hamas, kepala intelijen Mesir diskusikan perundingan gencatan senjata

 

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
COPYRIGHT © ANTARA 2024