Denpasar (ANTARA) - Pengamat sekaligus praktisi teknologi informasi dari Bali Putu Sudiarta menyebut setidaknya ada lima pilar yang harus diperhatikan untuk membangun pusat data yang andal, menyikapi kasus peretasan terhadap sistem Pusat Data Nasional Sementara, belakangan ini.

"Framework (kerangka) lima pilar yang menjadi dasar pengoperasian pusat data mengatur secara sangat detail checklist (daftar periksa) prosedur operasi standar yang harus diadaptasi dan terus diperbaiki," katanya di Denpasar, Jumat.

Menurut dia, sebuah pusat data sesungguhnya produk industri yang harus patuh pada standar dan praktik terbaik global. Kepatuhan ini bukan hanya suatu pilihan, melainkan konsekuensi detail yang wajib dipahami dan dilaksanakan dengan disiplin.

"Penerapan standar global memastikan bahwa pusat data dapat beroperasi dengan efisien, aman, dan andal, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pengguna secara konsisten," ucap pria yang juga pendiri dan pemilik usaha bisnis dan industri digital kreatif Bamboomedia itu.

Baca juga: Jokowi tekankan pentingnya cadangan data nasional

Ia mengemukakan kerangka lima pilar dalam membangun pusat data andal mencakup aspek-aspek kritis, seperti keamanan fisik dan digital, efisiensi energi, manajemen kapasitas, ketersediaan layanan, dan kepatuhan regulasi.

"Setiap pilar memainkan peran penting dalam menjaga integritas dan kinerja pusat data sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan operasional dan teknis yang mungkin timbul," ujar pria yang mendirikan Bamboomedia pada 2002 dan menembus pasar internasional itu.

Selain itu, dia mengingatkan bahwa evaluasi berkala menjadi elemen penting dalam memastikan keberlanjutan sistem pusat data.

"Proses evaluasi ini melibatkan pengujian dan penilaian rutin terhadap setiap aspek operasional, memastikan bahwa setiap SOP diikuti dengan ketat dan setiap area yang memerlukan perbaikan diidentifikasi dan ditangani secara proaktif," katanya.

Dengan komitmen terhadap evaluasi berkelanjutan, kata Sudiarta, pusat data dapat memastikan bahwa tetap selaras dengan standar industri terbaru dan dapat terus mendukung kebutuhan bisnis dan teknologi yang berkembang.

Menurut dia, kasus peretasan sistem Pusat Data Nasional Sementara yang menjadi sedemikian dramatis dan pusat perhatian publik beberapa minggu terakhir menjadi pelajaran penting yang mahal.

"Kejadian ini menjadi sebuah tamparan keras untuk mengingatkan kita semua agar lebih memberikan perhatian yang cukup pada apapun profesi dan pekerjaan kita, sehingga sebagai bangsa, tidak menjadi korban konyol atas budaya instan dan ketidaktahuan di era digital ini," kata dia.

Baca juga: Komisi I DPR rapat dengan Kominfo-BSSN soal gangguan PDN pada Kamis
Baca juga: Kemenkominfo: Tim teknis upayakan buka kunci data PDNS 2 terenkripsi
Baca juga: DPR RI sikapi pengunduran Dirjen Aptika terkait serangan siber PDNS

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: M. Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024