Kamerawan televisi Santiago Ilidio Andrade (49) kesehatannya sempat koma setelah dipukul di kepalanya pada saat protes terhadap kenaikan ongkos bus di Rio de Janeiro pada Kamis pekan lalu (6/2).
Pada Senin (11/2) dia dinyatakan mati otak, setelah pada hari yang sama keluarganya menyumbangkan beberapa organ-organ tubuhnya, kata jaringan TV Bandeirantes.
Kematian Andrade adalah korban tewas pertama dalam gelombang aksi protes sporadis yang mencengkeram negara itu menarik reaksi, bahkan dari Presiden Dilma Rousseff dan pelatih tim sepak bola nasional, Luiz Felipe Scolari.
Putrinya, Vanessa Andrade (29), yang juga wartawan, menulis surat melalui media sosial dan ditampilkan pada halaman satu surat kabar O Dia.
Dia mengatakan, ia hanya dengan sang ayah, dengan kepala di bahunya, ketika menghembuskan nafas terakhir.
"Saya meminta maaf untuk semua kesalahan saya, dan berjanji untuk menjaga kepala ini tetap tegak, dan mengurus ibu dan kakek-nenek saya," tulis Vanessa.
Warga Brasil beraksi protes sejak Juni 2013 atas apa yang mereka anggap sebagai layanan publik yang buruk di bidang transportasi, pendidikan dan perawatan kesehatan di tengah kebijakan negara menghabiskan miliaran dolar Amerika Serikat (AS) untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia pada Juni-Juli 2014 dan Olimpiade Musim Panas pada 2016.
Kerusuhan di negara besar Amerika Selatan itu biasanya terkait dengan karnaval dan beberapa kali telah memicu kekhawatiran mengenai apakah Piala Dunia 2014 dan Olimpiade 2016 akan aman untuk para atlet dan pengunjung.
(Uu.H-AK)
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2014