Beijing (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian mengkritik Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken yang memberikan ucapan selamat ulang tahun ke-89 kepada Dalai Lama.

"Kami mendesak AS untuk sepenuhnya memahami urgensi dan sensitivitas isu-isu terkait Xizang, benar-benar menghormati kepentingan inti China, menyadari sepenuhnya sifat anti-China dan separatisme oleh kelompok Dalai Lama dan menghormati komitmen yang telah dibuat AS kepada China mengenai isu-isu terkait Xizang," kata Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Senin (8/7).

Dalam laman Kementerian Luar Negeri AS, dimuat pernyataan resmi berisi "Amerika Serikat menyampaikan ucapan selamat kepada Yang Mulia Dalai Lama pada hari ulang tahunnya yang ke-89. Melalui pernyataannya yang berisi gerakan antikekerasan dan saling menghasihi serta komitmennya untuk memajukan hak asasi manusia bagi semua orang, Yang Mulia menjadi inspirasi bagi komunitas Tibet dan banyak orang di seluruh dunia".

Dalam pernyataan itu juga disebut "Amerika Serikat menegaskan kembali komitmen untuk mendukung upaya melestarikan warisan bahasa, budaya, dan agama khas Tibet, termasuk kemampuan untuk secara bebas memilih dan menghormati pemimpin agama tanpa dicampuri pihak lain."

Dalai Lama ke-14 baru berusia 23 tahun ketika ia melarikan diri dari ibu kota Tibet, Lhasa, karena kekalahan pemberontakan yang dipicu oleh gerakan revolusi anti-China dan anti-Komunis pada 10 Maret 1959.

Pemimpin spritual Tibet bernama Tenzin Gyatso itu kemudian melarikan diri ke Dharamsala, India, dan membentuk pemerintahan Tibet tandingan hingga saat ini. Ia pun menjadi satu-satunya Dalai Lama yang mengunjungi dunia Barat.

"Seperti yang diketahui banyak orang, Dalai Lama ke-14 bukanlah seorang tokoh agama murni, melainkan seorang pengasingan politik yang terlibat dalam aktivitas separatis anti-China dengan berkedok agama," tambah Lin Jian.

Pada 1989, Dalai Lama ke-14 juga menerima penghargaan Nobel Perdamaian.

"Kami minta AS berhenti mendukung kekuatan 'kemerdekaan Xizang' dan aktivitas anti-China serta separatis mereka dengan cara apa pun," kata Lin Jian.

Posisi pemerintah China terhadap isu-isu terkait Xizang, menurut Lin Jian konsisten dan jelas.

"Urusan Xizang adalah urusan dalam negeri China yang tidak boleh diintervensi oleh kekuatan eksternal mana pun," tegas Lin Jian.

Lin Jian mengatakan selama bertahun-tahun Xizang telah menikmati pertumbuhan ekonomi, keharmonisan dan stabilitas sosial, serta pelestarian warisan budaya yang baik.

"Hak dan kebebasan semua kelompok etnis di Xizang, termasuk kebebasan beragama dan kebebasan menggunakan serta mengembangkan bahasa lisan dan tulisan mereka sendiri, dilindungi sepenuhnya. Ini adalah fakta dan dilihat oleh banyak orang di komunitas internasional," ungkap Lin Jian.

Daerah Otonomi Xijang merujuk pada wilayah geografis yang sering disebut "Tibet" oleh komunitas internasional. "Tibet" sendiri mengakar pada nama "Tubo" yaitu rezim yang berkuasa pada abad ke-9 dengan wilayah terfragmentasi dari beberapa suku, pada abad ke-13, Dinasti Yuan menguasai wilayah tersebut.

Namun, pemerintah China menyebut Dalai Lama ke-14 mengklaim bahwa kawasan "Tibet" mencakup Daerah Otonomi Xijang, Qinghai, serta sebagian Sichuan, Gansu, Yunnan, dan Xinjiang karena suku Tibet mendiami daerah-daerah tersebut sehingga pemerintah China pun menegaskan tidak pernah ada yang disebut "Tibet Besar" seperti yang diklaim oleh Dalai Lama.

Dalai Lama ke-14 sudah menyatakan mengundurkan diri sebagai pemimpin politik rakyat pada 2011, dan menyerahkan kekuasaan sekuler kepada pemerintahan yang dipilih secara demokratis oleh sekitar 130.000 warga Tibet di seluruh dunia.

Baca juga: Dalai Lama tiba di New York untuk jalani perawatan medis
Baca juga: Beijing: Dalai Lama perlu koreksi sikap politiknya

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Primayanti
COPYRIGHT © ANTARA 2024