Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan dan Harrison.ai, perusahaan teknologi pelayanan kesehatan dari Australia, menjalin kerja sama dalam hal penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) guna peningkatan layanan kesehatan, seperti untuk CT Scan.

"Kita, Kementerian Kesehatan, saya dan Pak Dimitry ya, menandatangani MoU terkait dengan kerja sama penerapan IT untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit, khususnya untuk X-ray, kemudian CT Scan, dan kemudian patologi anatomi," kata Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes Azhar Jaya di Jakarta, Selasa.

Di Indonesia, kata dia, pemanfaatan AI tidak dapat dihindari, khususnya di bidang kesehatan. Dia menjelaskan bahwa di sejumlah negara, pemanfaatan teknologi tersebut terbukti membuat pelayanan kesehatan semakin akurat, efektif, dan efisien.

Azhar menyebutkan uji klinis akan dimulai di Indonesia, agar teknologi tersebut dapat diterima dan bermanfaat bagi publik, sehingga mereka tak perlu menunggu lama lagi untuk hasil-hasil pemeriksaan kesehatan itu.

Baca juga: Menkes: AI bakal bawa perubahan signifikan layanan kesehatan RI

Namun, lanjut dia, tidak sepenuhnya teknologi tersebut beroperasi sendiri. Azhar menyebut masih perlu adanya dokter yang ahli untuk menjalankannya.

Adapun penggunaan kecerdasan buatan tersebut, pihaknya akan bekerja sama dengan sejumlah rumah sakit untuk diimplementasikan, misalnya di RS Kanker Dharmais terkait radiologi untuk kanker beserta patologi anatominya.

"Bayangkan, kalau yang saya dengar dari pengalaman beliau ya, beliau bisa mendiagnosis kanker T1 hanya dengan rontgen. Nggak perlu sampai ke CT Scan sudah bisa katanya," ucap Azhar.

Selain itu, lanjutnya, dengan RSUP Dr M Djamil Padang untuk radiologi dan skrining tuberkulosis.

Baca juga: Peneliti BRIN ungkap manfaat peminiaturan teknologi kesehatan

Co-founder Harrison.ai Dimitry Tran mengatakan senang dapat bekerja sama dengan Kemenkes dalam hal penggunaan teknologi tersebut. Dimitry mengatakan di Indonesia ada enam radiologis untuk sejuta orang, sedangkan di Australia ada 91 radiologis untuk 1 juta orang.

"Dokter-dokter di Indonesia bekerja sangat keras untuk melayani populasi yang begitu besar. Kami melihat AI sebagai asisten dan alat bagi para radiologis untuk bekerja secara lebih efisien," katanya.

Menurutnya, kerja sama itu berjangka panjang dan mereka berkomitmen untuk memastikan langkah tersebut dapat berjalan secara efisien dan aman. Hal itu, lanjutnya, melalui investasi di bidang teknologi informasi, teknologi kecerdasan buatan, serta data hosting.

Baca juga: Guru Besar UGM: AI tingkatkan akurasi dan kualitas layanan kesehatan

 

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2024