Semarang (ANTARA News) - Jumlah penumpang kereta api (KA), baik dari Surabaya maupun Jakarta membeludak akibat banyak penerbangan terganggu dampak dari erupsi Gunung Kelud.

"Keterisian penumpang KA meningkat pesat hingga 100 persen, terutama KA kelas eksekutif," kata Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi IV Semarang Eko Budiyanto di Semarang, Jumat.

Ia mengakui kenaikan okupansi penumpang KA tersebut terjadi seiring banyaknya jadwal penerbangan yang terganggu, bahkan sampai ada yang dibatalkan akibat hujan abu dampak dari erupsi Gunung Kelud.

Apalagi, kata dia, kereta yang dipadati penumpang saat ini kebanyakan adalah kelas eksekutif, seperti KA Argo Sindoro, KA Argo Bromo Anggrek, dan KA Argo Muria, baik dari arah Barat maupun Timur.

Menurut dia keterisian penumpang KA setiap harinya rata-rata 70-80 persen sehingga dengan banyaknya peralihan penumpang pesawat ke KA menunjukkan peningkatan sekitar 20 persen.

"Tentunya, omzet kami (PT KAI) juga naik. Ya, sekitar 20 persen kenaikannya," katanya.

Berkaitan dengan banyaknya daerah yang terkena hujan abu dampak dari erupsi Gunung Kelud, ia mengakui perjalanan KA di titik-titik tertentu memang cukup terpengaruh karena ada lintasan tertutup abu.

"Kalau untuk wilayah Daops IV Semarang, ada beberapa titik yang terdampak hujan abu, yakni di lintas Gundih, Kedungjati, dan Bojonegoro. Tetapi, tidak terlalu tebal. Hanya sekitar satu centimeter," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, KA harus berhati-hati saat melewati titik-titik tersebut dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi, tetapi sejauh ini perjalanan KA di wilayah Daops IV Semarang lancar.

Namun, ia mengakui dampak hujan abu di daerah Surabaya dan Madiun memang lebih besar karena ketebalan lapisan abu vulkanik di lintasan bisa sampai beberapa sentimeter dan kemungkinan menyebabkan keterlambatan.

"Kami masih pantau terus. Kemungkinan track yang terdampak cukup besar di Madiun dan Surabaya. Kemungkinan, KA-KA dari arah itu akan terlambat. Ya, keterlambatannya sekitar 1-2 jam," kata Eko.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2014