Jakarta (ANTARA) - Gempa bumi merupakan kejadian alam yang menimbulkan getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi, yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.

Pergerakan tiba-tiba dari lapisan batuan di dalam bumi menghasilkan energi yang dipancarkan ke segala arah berupa gelombang seismik. Ketika gelombang ini mencapai permukaan bumi, getarannya dapat merusak segala sesuatu dipermukaan bumi.

Ketika terjadi bencana gempa, terdapat istilah episentrum dan hiposentrum yang kerap disebut oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk mencari titik pusat gempa berada. Lantas apa itu episentrum dan hiposentrum? yuk simak berikut penjelasanya:

Pengertian episentrum dan hiposentrum

Episentrum atau episenter merupakan titik di permukaan bumi yang berada tepat di atas fokus atau hiposenter, dinyatakan dalam lintang dan bujur. Sementara hiposenter atau hiposentrum adalah titik di dalam bumi yang menjadi pusat gempa bumi, dinyatakan dalam lintang, bujur dan kedalaman.

Posisi episentrum biasanya selalu berada di atas hiposentrum yang merupakan pusat gempa yang terdapat di kedalaman bumi. Hiposenter dapat diukur melalui gelombang seismik. Tekanan yang ada di dalam bumi, akan menyebabkan lapisan bumi bergetar yang menghasilkan hiposenter.

Semakin dekat hiposenter, maka gempa akan semakin terasa dan kerusakan yang ditimbulkan akan semakin besar. Gempa bumi sendiri dibagi menjadi 3, berdasarkan kedalaman letak hiposenternya yaitu;
  • Gempa bumi dangkal jika kedalaman hiposenter kurang dari 60 km dari permukaan bumi
  • Gempa bumi sedang jika kedalaman hiposenter diantara 60 km hingga 300 km dari permukaan bumi
  • Gempa bumi dalam jika kedalaman hiposenter lebih dari 300 Km dari permukaan bumi.

Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
COPYRIGHT © ANTARA 2024