Jakarta (ANTARA) -
Sesar Sumatra atau Sesar Semangko, menjadi salah satu sesar aktif terbesar di Indonesia, hal itu menjadi sorotan karena potensi dampaknya terhadap aktivitas gempa bumi di Pulau Sumatra.
 
Letak sesar ini membentang dari Banda Aceh hingga Teluk Semangko di selatan Lampung atau sepanjang kurang lebih 1.900 km di Pulau Sumatra, mengikuti garis pertemuan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia.
 
Sesar Semangko memiliki dampak yang besar di Pulau Sumatra dan menyebabkan pembentukan sejumlah sesar-sesar minor akibat getaran aktivitasnya.
 
Berikut penjelasan mengenai karakteristik Sesar Sumatra atau Sesar Semangko melansir dari berbagai sumber.
 
Karakteristik Sesar Semangko
 
Sesar Semangko merupakan patahan aktif yang terletak di bawah permukaan laut di sepanjang pesisir barat Sumatra.
 
Sesar Semangko merupakan barisan yang memiliki arah pergeseran lateral, sehingga termasuk dalam kategori sesar strike-slip.
 
Sesar strike-slip merupakan salah satu dari tiga jenis sesar yang ditandai dengan pergerakan mendatar, baik ke kanan maupun ke kiri.
 
Sesar ini juga merupakan bagian dari kompleks patahan besar di wilayah subduksi antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia.
 
Aktivitas pergerakan sesar ini dapat menyebabkan pergeseran besar dalam kerak bumi, yang sering kali dipicu oleh tekanan besar antara dua lempeng tersebut.
 
Sesar Semangko dikenal sebagai sesar yang menjadi salah satu sumber potensial gempa bumi dan tsunami di wilayah Indonesia.
 
Menurut sumber dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), sesar aktif ini bergerak dengan kecepatan relatif, sekitar 6 hingga 7 sentimeter per tahun.
 
Pergerakan ini terfokus di Selat Sunda, yang merupakan perairan di antara Pulau Jawa dan Sumatra.
 
Zonasi wilayah ancaman gempa sesar Semangko
 
Sesar Semangko terbagi menjadi 3 wilayah, yakni utara, tengah, dan selatan.
 
Secara keseluruhan, berdasarkan pengamatan pada peta topografi dan foto udara, Sesar Semangko terbagi menjadi 19 segmen.
 
Dari jumlah tersebut, tujuh di antaranya berada di Provinsi Sumatera Barat dan memiliki potensi dampak langsung terhadap masyarakat yang tinggal di zona-zona rentan.
 
Segmen ini juga dikenal sebagai sesar minor, yang menghasilkan gempa bumi yang terbatas pada daerah yang lebih pendek dibandingkan panjang total sesar.
 
Berikut adalah tujuh segmen Sesar Semangko yang berada di Sumatera Barat:
 
1. Segmen Angkola
 
Ujung utara segmen ini dimulai dari lembah Batang Toru, mengikuti lembah Sungai Batang Angkola dan Batang Gadis di Sumatera Utara. Sedangkan ujung selatannya terletak di wilayah Sumatera Barat dekat Lembah Batang Pasaman.
 
2. Segmen Barumun
 
Ujung utara segmen ini terletak di Sosopan Julu, Sumatera Utara, mengikuti Lembah Sungai Barumun. Bagian Selatan segmen ini berada di Sumatera Barat, meliputi daerah Panti, Sitompa, hingga Sunpadang (Kecamatan Rao).
 
3. Segmen Sumpur
 
Bagian Utara dari segmen Sumpur berakhir di sisi selatan Depresi Sumpur, di selatan Panti.

Kemudian, patahan ini mengikuti Lembah Batang Sumpur ke arah Tenggara, melalui Salabawan, hingga Bonjol, mengikuti Sungai Silasung dengan panjang segmen sekira 35 km.
 
4. Segmen Sianok 
 
Segmen ini membentang dari timur laut Danau Singkarak, melalui barat daya Gunung Marapi, hingga Ngarai Sianok, dengan panjang segmen mencapai 90 km.
 
5. Segmen Sumani 
 
Bagian utara dari segmen ini dimulai di sebelah utara Danau Singkarak, melewati sisi barat daya danau tersebut melalui daerah Kota Solok, Sumani, Selayo, dan berakhir di Gunung Talang, dengan panjang sekira 90 km.
 
6. Segmen Suliti
 
Bagian utara segmen ini terletak di sekitar Danau Diatas dan Danau Dibawah, dengan lebar zona sekira 4 km.

Patahan ini mengikuti lembah Sungai Suliti ke arah tenggara hingga anak-anak Sungai Liki di barat laut Gunung Kerinci, dengan panjang keseluruhan mencapai 90 km.
 
7. Segmen Siulak 
 
Bagian selatan dari segmen ini terletak di wilayah Jambi, mengikuti lembah di barat daya hingga barat laut Gunung Kerinci, bertumpang tindih dengan segmen Suliti di wilayah Solok Selatan, dengan panjang keseluruhan mencapai 70 km.
 
 

Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Gilang Galiartha
COPYRIGHT © ANTARA 2024