Jakarta (ANTARA) - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menemukan empat faktor utama penyebab masyarakat lanjut usia (lansia) bisa hidup panjang umur hingga mencapai usia 100 tahun.
 
Dalam penelitian yang bertajuk Healthy Aging and Longevity (Halo) Project, atas kolaborasi FKUI bersama dengan Economic Research Institute of ASEAN and East Asia (ERIA) di Gili Iyang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur (Jatim) dan Dusun Miduana, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Jabar), yang memiliki populasi lansia sehat hingga berusia 100 tahun, tim peneliti menemukan kesamaan hal yang menyebabkan para lansia di kedua wilayah tersebut mampu hidup hingga usia lanjut.
 
Diketahui, kedua wilayah tersebut memiliki geografi dan cuaca wilayah yang sangat kontras, dimana Gili Liang memiliki iklim panas karena merupakan pulau kecil, sedangkan Dusun Miduana memiliki iklim yang lebih dingin karena berada di dataran yang relatif tinggi.
 
"Terdapat kesamaan dalam aspek gaya hidup aktivitas fisik psikologis dan sosial ekonomi lansia di kedua wilayah ini, yang mempengaruhi panjang usia yang sehat dan aktif," kata Ketua Tim Peneliti Halo Project Prof Septelia Inawati Wanandi dalam diseminasi hasil riset tersebut di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Wamenkes dorong akademisi riset lansia guna atasi persoalan demografi
 
Prof Septelia yang merupakan Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI melalui hasil temuannya memaparkan para lansia di kedua wilayah tersebut sama-sama masih aktif sehari-hari, aktif sedari muda, masih mandiri dalam beraktivitas, serta tetap beraktivitas meski merasakan sedikit rasa sakit.
 
Di bidang sosial ekonomi, lanjutnya, para lansia tetap menjaga hubungan terhadap keluarga dan orang-orang yang berada di sekitarnya, mendapatkan perawatan yang baik dari orang di sekitarnya, serta senantiasa melakukan aktivitas religius.
 
Faktor berikutnya, kata Septelia, yakni faktor lingkungan. Ia menjelaskan para lansia merasa nyaman dengan lingkungan mereka tinggal, serta mengetahui nilai positif dan negatif dari lingkungan tersebut.
 
Terakhir, tambah dia, yakni faktor nutrisi. Ia menyebut para lansia di Gili Iyang dan Dusun Miduana sama-sama mengonsumsi makanan yang sehat, segar, dan bersumber langsung dari alam. Terkhusus di Gili Iyang, lansia setempat mengonsumsi nasi jagung, ikan laut, dan daun kelor.

Baca juga: Merawat jiwa raga dengan tetap produktif di usia senja
 
"Lebih lanjut diperlukan studi molekuler untuk meneliti faktor genetik dan biologis untuk pendekatan kedokteran yang presisi pada populasi panjang usia penuaan aktif dan sehat di Indonesia," ujarnya.
 
Sementara Dekan FKUI Prof Ari Fahrial Syam menilai penelitian ini merupakan sebuah upaya dalam menciptakan generasi lansia yang panjang umur dan sehat.
 
Ke depan, kata dia, penelitian akan dilanjutkan untuk menemukan apakah ada faktor genetik yang juga berperan dalam hal tersebut, sehingga pada masa yang akan datang, temuan tersebut dapat direplikasi di tempat lain di Indonesia.
 
"Tujuannya adalah bahwa hal-hal positif yang kita dapat dari sini itu, kita bisa copy paste ke tempat lain," tutur Ari Fahrial Syam.

Baca juga: Kepala BKKBN: Rawat lansia agar produktif hadapi bonus demografi

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2024