Sampit (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah menyebutkan operasi modifikasi cuaca (OMC) di daerah itu dapat membantu menekan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

“Kami harap OMC ini bisa membantu operasi darat, paling tidak melakukan pembasahan ke daerah-daerah rawa, sehingga bisa mengeliminasi terjadinya karhutla,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam di Sampit, Kamis. Ia menjelaskan berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit menyatakan Kotim sudah memasuki masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.

Meskipun, durasi musim kemarau tahun ini diperkirakan lebih singkat dibanding tahun lalu, namun ancaman kekeringan lebih tinggi. Oleh sebab itu, Pemkab Kotim mulai melakukan upaya mitigasi karhutla salah satunya dengan menetapkan status Siaga Darurat Bencana Karhutla selama 90 hari, yakni 4 Juli - 1 Oktober 2024. Selain itu, pihaknya juga menyiapkan patroli terpadu dalam waktu dekat.

“Pada status siaga ini kami mengedepankan pencegahan, saat ini kami sedang menyusun operasi untuk patroli terpadu yang mungkin dalam beberapa minggu ke depan,” ujarnya. Sehubungan dengan meningkatnya potensi karhutla, Pemerintah Pusat melalui Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) bersama BMKG melaksanakan OMC selama sepuluh hari, yakni 6-15 Juli 2024 sebagai upaya mitigasi karhutla.

OMC bertujuan untuk menambah kondensasi dalam awan, sehingga proses terjadinya hujan bisa lebih cepat dan hujan bisa jatuh di area-area yang ditargetkan, mencakup sejumlah wilayah di Kalteng yang memiliki lahan gambut.

Baca juga: BMKG lakukan modifikasi cuaca 6-15 Juli, cegah karhutla di Kalteng
Baca juga: BPPIKHL: 5,6 ton NaCL telah disemai hingga hari ke-5 OMC di Sumsel
Walaupun, pada OMC kali ini diutamakan untuk wilayah Kabupaten Katingan, Kapuas dan Seruyan yang pada 2023 menjadi wilayah paling banyak karhutla, namun diharapkan OMC juga berdampak pada wilayah Kotim yang memiliki kawasan rawa yang cukup luas.

Dengan perpaduan antara semua pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat, provinsi hingga kabupaten diharapkan bisa menekan terjadinya karhutla di Kalteng, khususnya Kotim. “Jika daerah rawa sudah mulai basah pasti akan sulit terbakar. Untuk wilayah yang menjadi target operasi tentunya teman-teman di BRGM dan BMKG punya perhitungan tersendiri, baik itu pertumbuhan awan hujan maupun arah angin, yang jelas kami berharap dengan ini bisa membantu mencegah terjadinya karhutla,” tuturnya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala BMKG Kotim Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit Mulyono Leo Nardo menyampaikan OMC di wilayah Kalteng memang sudah dimulai sejak 6 Juli 2024, poskonya dipusatkan di Kota Palangka Raya. Kendati demikian, hasilnya belum terlihat atau dengan kata lain hujan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir adalah hujan alami.

“Untuk hasil OMC masih belum, karena beberapa hari terakhir peta potensi kemudahan terjadinya kebakaran masih menunjukkan warna biru (aman). Ketika peta itu menunjukkan warna merah (sangat mudah terbakar), maka pada hari itu akan dilakukan OMC,” terangnya. Ia menambahkan angin sangat berpengaruh pada OMC, karena semakin kencang angin maka lapisan atas bisa memudarkan penutupan awan. Maka dari itu, OMC tahun ini dilakukan ketika peta potensi kemudahan terjadinya kebakaran menunjukkan warna merah.

Kondisi suhu juga menjadi salah satu parameter, jika dalam beberapa hari tidak ada hujan maka OMC bisa dilaksanakan. Akan tetapi, target wilayah pelaksanaan OMC ini tidak bisa ditentukan atau diatur, karena semua tergantung pada lokasi pertumbuhan awan hujan.

Pewarta: Muhammad Arif Hidayat/Devita Maulina
Editor: Indra Gultom
COPYRIGHT © ANTARA 2024