Douala, Kamerun (ANTARA) - Sejumlah maskapai domestik di Mali menangguhkan penerbangan lokal dan internasional pada Rabu karena kekurangan bahan bakar, dengan Badan Penerbangan Sipil Nasional memperkirakan situasi ini akan berlangsung selama beberapa hari ke depan.

Sky Mali, sebuah perusahaan penerbangan swasta, mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa penerbangannya dari ibu kota Mali, Bamako, dibatalkan karena masalah pasokan bahan bakar, yang telah mempengaruhi penerbangan domestik dan internasional.

"Akibat kelangkaan bahan bakar di Bandara Internasional Modibo Keita Senou, Sky Mali dengan menyesal memberitahukan pembatalan penerbangan," kata pernyataan itu.

Sky Mali menyatakan bahwa kekurangan bahan bakar telah mempengaruhi semua maskapai, dan mereka mengambil seluruh langkah yang diperlukan untuk memastikan penerbangan dapat beroperasi kembali secepat mungkin.

Dalam pernyataan terpisah, Direktur Jenderal Badan Penerbangan Sipil Nasional Kolonel Yaya Toure mengatakan situasi mungkin masih belum jelas hingga 15 Juli, dan menekankan semua  maskapai penerbangan agar memberitahu penumpang untuk menjadwal ulang penerbangan mereka atau mencari alternatif lain.

Dia mengatakan pembatalan penerbangan disebabkan oleh kelangkaan bahan bakar jet A1 di Bandara Internasional Modibo Keita Senou.

Warga Mali mengatakan keadaan ini disebabkan masalah pengelolaan stok bahan bakar yang buruk, dan beberapa menuduh negara tersebut sedang dalam transisi politik setelah kudeta.

Mamadou Ismaila Konate, seorang pengacara dan mantan Menteri Kehakiman Mali, menulis di X: "Kekurangan ini mungkin disebabkan oleh keadaan yang tidak terduga atau oleh perencanaan yang buruk atau kurangnya perencanaan dalam manajemen dan administrasi stok produk yang sekaligus diperlukan, sensitif, dan berharga."

Hal ini terjadi tanpa adanya hukuman, dan tidak ada akuntabilitas yang ditetapkan, katanya.

“Pesawat yang dialihkan rutenya, penumpang yang terdampar, pengiriman barang yang tertunda, belum lagi penumpang yang hendak berangkat terpaksa menunggu berhari-hari di darat. Negara kita harus mampu melakukan manajemen yang lebih efisien dan koheren. Sambil menunggu hasil penyelidikan yang harus dilakukan dan berguna, " kata Konate.

Sumber: Anadolu-OANA

Baca juga: 3 negara kawasan Sahel di Afrika Barat keluar dari blok ECOWAS

Pewarta: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Primayanti
COPYRIGHT © ANTARA 2024