Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyatakan dalam lima tahun Indonesia dapat menghadirkan "100 Korea" melalui pengembangan kekuatan budaya yang komprehensif dan konsisten.

Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid mengatakan hal yang perlu dipelajari dari Korea Selatan adalah keberhasilan mereka mengelola modal kebudayaan dalam waktu 25 tahun, bermodalkan homogenitas etnik dan linguistik, menjadi energi pembangunan nasional.

Baca juga: Menlu RI: Indonesia terus contohkan dialog antarumat beragama ke dunia

"Kita punya 1.100 suku bangsa dan lebih dari 680 bahasa, bayangkan jika kita bangkit bersama-sama. Korea Selatan mungkin membutuhkan 25 tahun, tetapi dengan kepercayaan diri penuh, kita bisa katakan bahwa dalam lima tahun ke depan menghadirkan bukan hanya satu Korea, tetapi 100 Korea," ujar Hilmar.

Dia menjelaskan tak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan Korea Selatan menjadi sangat maju dan dikenal di kancah global, namun dengan potensi dan aset kebudayaan Indonesia yang dimiliki, Indonesia dapat mengakselerasi waktu transformasi kebudayaannya.

"Yang tak kalah penting adalah konsistensi. Meski pemerintahan mereka mengalami jatuh bangun, urusan kebudayaan sebagai basis tetap berjalan lurus. Ini yang belum kita tunjukkan," katanya.

Hilmar menjelaskan saat awal masa pemerintahannya, Presiden Joko Widodo pernah menekankan bahwa budaya adalah DNA masyarakat Indonesia.

"Presiden Jokowi pernah mengatakan, jika kita menjalankan kebudayaan, kita tidak perlu mengejar negara maju. Gunakan kebudayaan sebagai sumber kekuatan," kata.

Oleh karena itu, pihaknya mewujudkan visi tersebut melalui berbagai langkah guna pengembangan sektor kebudayaan agar menjadi aset nasional, di antaranya merumuskan Undang-undang No 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan yang menjadi landasan untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan kekayaan budaya secara berkelanjutan.

Selain itu, ujarnya, inovasi kelembagaan, salah satunya dengan mendirikan Indonesian Heritage Agency (IHA) yang berperan memastikan pelestarian dan pemanfaatan optimal warisan budaya Indonesia.

Ia optimistis jika hal tersebut bisa berlanjut, dalam lima tahun ke depan kebudayaan Indonesia tidak hanya sekadar identitas, tetapi juga modal sosial, ekonomi, dan politik yang dapat mendorong kemajuan bangsa.

Baca juga: Kemendikbudristek: Jalur Rempah bukti Indonesia negara adidaya budaya

Baca juga: Indonesia ajak Malaka kirim perwakilan di MBJR mendatang


Dalam pernyataan yang sama, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X mengatakan bahwa kebudayaan memiliki dampak yang sangat dahsyat bagi pembangunan suatu negara.

Oleh karenanya, dia mengajak generasi muda untuk mulai mengenali potensi kebudayaan Indonesia dan berupaya memajukannya, sehingga dapat bersaing secara global.

“Seringkali kita melihat rumput tetangga lebih hijau, mungkin karena mereka merawat rumput mereka. Ini saatnya kita melihat tempat kita berdiri dan mulai merawat rumput kita dan bukan tidak mungkin rumput kita lebih hijau dari rumput tetangga," ujarnya.

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Endang Sukarelawati
COPYRIGHT © ANTARA 2024