Ankara (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengajak untuk melawan perpecahan dan intoleransi saat memperingati genosida Srebrenica yang terjadi 29 tahun lalu di Bosnia timur pada 1995.

“Kita harus melawan perpecahan dan intoleransi, membela hak asasi manusia, dan mendorong saling pengertian dan rekonsiliasi,” kata Guterres melalui X, Kamis.

Dia berharap agar kenangan akan Srebrenica memperkuat tekad bersama untuk membangun dunia yang bebas dari bencana genosida serta dunia yang menegakkan keadilan dan perdamaian.

Senada, Sekretaris Jenderal Dewan Eropa, Marija Pejcinovic Buric mengatakan dalam pernyataan tertulis bahwa hampir 30 tahun setelah genosida di Srebrenica, peristiwa ini masih merupakan salah satu babak tergelap dalam sejarah Eropa.

“Kami memikirkan ribuan pria dan anak laki-laki tak berdosa, yang dibunuh semata-mata karena etnis dan agama mereka, dan kami menghormati ingatan mereka,” tegasnya.

Buric menyampaikan penderitaan mendalam yang dialami keluarga dan orang-orang terkasih dari korban yang terbunuh masih melekat dan Dewan Eropa menghargai keberanian dan ketangguhan mereka.

“Meskipun kejahatan ini tidak dapat dibatalkan, kita dapat belajar dari apa yang terjadi dan menerapkan pembelajaran tersebut, sehingga kekejaman dan penderitaan manusia yang mengerikan seperti ini tidak akan terulang kembali,” desaknya.

Dia menekankan tidak ada tempat untuk penyangkalan, revisionisme sejarah, atau pemuliaan terhadap terpidana penjahat perang.

“Melihat ke depan, kita harus secara aktif merangkul kesetaraan, keberagaman, dan saling menghormati,” ucapnya.

Segala aktivitas intoleransi, ujaran kebencian, dan bentuk diskriminasi lainnya, lanjut dia, merupakan pintu gerbang menuju lebih banyak penderitaan dan penderitaan.

“Dewan Eropa akan terus menentang hal ini dan mendukung hak asasi manusia, demokrasi, dan supremasi hukum sebagai langkah maju yang tepat bagi masyarakat kita,” tambahnya.

Pada musim semi 1993, Dewan Keamanan PBB menyatakan kota Srebrenica sebagai "daerah aman". Namun, pasukan Serbia yang dipimpin oleh Jenderal Ratko Mladic menyerbu zona tersebut.

Pasukan Belanda yang bertanggung jawab untuk melindungi orang-orang di zona PBB gagal bertindak ketika pasukan Serbia menduduki zona tersebut pada tanggal 11 Juli, menewaskan 2.000 pria dan anak laki-laki dalam satu hari.

Sekitar 15.000 warga Bosnia melarikan diri ke pegunungan sekitarnya, tetapi pasukan Serbia memburu mereka dan menewaskan 6.000 orang lainnya.

Pada 2007, Mahkamah Internasional di Den Haag memutuskan bahwa genosida telah terjadi di Srebrenica. Upaya untuk menemukan korban genosida yang hilang terus berlanjut dengan jenazah yang teridentifikasi dikuburkan di Pemakaman Peringatan Potocari

Setiap tahun pada tanggal 11 Juli, korban genosida 1995 yang baru diidentifikasi dimakamkan di pemakaman peringatan di Potocari di Bosnia dan Herzegovina.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Studi: Jumlah korban tewas di Gaza diperkirakan lampaui 186 ribu jiwa
Baca juga: Turki yakin pelaku barbarisme di Gaza akan kena hukuman internasional
Baca juga: UNRWA: Anak-anak Gaza habiskan hingga 8 jam sehari kumpulkan makanan


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: M Razi Rahman
COPYRIGHT © ANTARA 2024