London (ANTARA News) - Situasi politik Inggris akhir-akhir ini menghanggat dengan adanya desakan agar Perdana Menteri Tony Blair menetapkan tanggal pasti kapan ia bersedia meletakkan jabatannya. Beberapa surat kabar terkemuka di Inggris menyebut-nyebut 31 Mei 2007 batas waktu. Pengamat politik dan ekonomi Inggris, Muslimin Anwar, yang tengah menyelesaikan studi PhD di Bruneil University dalam keterangannya kepada ANTARA di London, Sabtu, melihat ada tiga pemain utama dalam perebutan jabatan PM Inggris. Disebut-sebutnya saat ini yang masih bermain di kancah politik Inggris Tony Blair sendiri, Menteri keuangan Gordon Brown, dan Ketua Partai Konservatif, David Cameron. Kubu Blair menilai belum saatnya membahas isu 'suksesi' dikhawatirkan akan menggangu pelaksanaan tugas pemerintahan yang membuat kekecewaan publik yang pada akhirnya menurunnya dukungan publik pada pemilu mendatang, ujar analisis Bank Indonesia. Sebaliknya, ujarnya, kubu Gordon Brown, yang dijuluki PM dalam penantian, merasa wajar bila masalah suksesi ini dibicarakan, sehingga Partai Buruh memiliki waktu mempersiapkan pemilu mendatang. Menurut Muslimin Anwar yang mengambil master di Pittsburg Univ Pennsylvania AS, bila kubu Blair bertindak bijak, maka seharusnya tugas-tugas pemerintahan dan masalah suksesi ini dapat berjalan paralel tanpa saling mengorbankan. Mereka mendesak kubu Blair karena mencium ada indikator 'selingkuh' dengan partai lain, yang justru akan merugikan partai Buruh dikemudian hari, ujar ayah tiga putra. Pernyataan kubu Gordon Brown memang ada benarnya bila melihat perkembangan terakhir khususnya setelah mantan menteri senior ikut turun gunung, ujar mantan Ketua KIBAR (Keluarga Islam Indonesia Britania Raya). Charles Clarke menuding Brown bertindak bodoh mempermalukan Blair dengan `desakan` mengenai kapan Blair bersedia lengser. Seperti yang dilansir oleh beberapa surat kabar Inggris akhir minggu ini. Sebaliknya Kubu Brown menuding balik bahwa perselingkuhan kubu Blair dengan Partai lain semakin jelas, ujar Muslimin Anwar lagi. David curi perhatian Dikatakannya yang diuntungkan dari perseteruan dua matahari kembar ini adalah David Cameron pemimpin partai konservatif, yang mencuri perhatian publik. Selain masih muda belia, wajah ganteng atau "good looking" dan kharismatik, ditambah kemampuan David Cameron berkomunikasi di muka public yang semakin hari semakin berbobot. Apalagi isu politik yang diusungnya, seperti lingkungan hidup, global warming, reformasi bidang pendidikan dan masalah public spending, telah membuat publik semakin betah menyimak dan mendukungnya. Perseteruan antara dua kubu di dalam partai buruh ini terus memanas khususnya sejak awal tahun ini. Kubu Blair merasa kubu Brown `terlibat` dalam isu-isu panas yang melemahkan kredibilitas Blair yang ditandai dengan seringnya muncul perlawanan dari para back benchers (anggota parlemen partai buruh sendiri). Kekalahan dalam proses legislasi UU Anti Terrorisme, mencuatnya skandal Peer Pirage, dan ketidakbecusan dalam penanganan masalah imigrasi telah mendorong reshuffle cabinet baru-baru ini yang kebanyakan diisi oleh orang-orang Blair. Merasa ditusuk dari belakang, kubu Blair seakan bersumpah bahwa kepemimpinan PM selanjutnya tidak akan diserahkan kepada Gordon Brown. Merekapun mencari alternatif dari dalam partai sendiri. Alan Johnson, salah satu menteri yang sangat dengat dengan Blair pun merupakan alternatif yang paling digadang-gadangkan. Namun, bila strategi ini tak berjalan mulus dan melemahkan Gordon Brown, kubu Blair tak segan - segan untuk melakukan selingkuh politik dengan Partai Konservatif untuk memajukan David Cameron, ujar Muslimin Anwar lagi. Perkembangan ke arah tersebut semakin terlihat, ujar suami Dian, putri mendiang Cacuk Sudaryanto. Perseteruan di dalam Partai Buruh telah membuat 56% masyarakat Inggris berdasarkan polling harian Independent tanggal 9 September memperkirakan akan meluluhlantakan persatuan di tubuh partai. Namun demikian, peluang bagi Gordon Brown semakin terbuka lebar apabila ia dapat menyelesaikan perseteruan ini secara bijak. Ujian Gordon Brown Rapat Akbar Partai Buruh di Manchester pada 23 September 2006 akan menjadi ujian paling utama bagi Gordon Brown, apakah ia mampu memenangi kembali hati dan pikiran mayoritas anggota partainya. Bila tidak, kesan umum bahwa ia bukanlah pemimpin yang handal karena selalu ragu-ragu dan cenderung gugupan serta tidak tegas akan menjauhkan ia dari kesempatan emas menjadi PM Inggris tahun 2009 mendatang. Menurut Muslimin Anwar, bukan tidak mungkin ini `sandiwara` partai Buruh menciptakan konflik yang telah diskenariokan, menarik perhatian publik, memberikan ruang bagi Gordon Brown. Untuk menunjukkan kepemimpinannya sebagaimana beberapa waktu yang lalu Tony Blair telah memberikan panggung politik bagi Gordon Brown menampilkan kelasnya sebagai pemimpin partai dan calon kuat Perdana Menteri. Setting `happy ending` diperkirakan telah dipersiapkan secara matang dengan pesan akhir dari drama satu babak ini adalah: Bila Gordon Brown yang piawai dalam menangani masalah ekonomi keuangan ini mampu mempersatukan anggota partai buruh, maka mengapa publik harus ragu untuk memberikan kepercayaan penuh pada Chancellor of the Exchequer, Gordon Brown, untuk memimpin Ingris Raya? Demikian Muslimin Anwar. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006