Biak (ANTARA) - Pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar negeri di Kepulauan Mapia, Distrik    Supiori Barat, Kabupaten Supiori, Provinsi Papua, T berperan langsung dalam mencerdaskan anak di daerah ini.

Memelihara keberadaan satuan pendidikan di wilayah terpencil merupakan masalah yang harus diatasi, salah satunya yakni keterbatasan tenaga pendidik yang bertugas di Kepulauan Mapia, salah satu pulau terluar, terdepan, dan tertinggal atau 3T.

Meski kondisi serba-terbatas, kegiatan proses belajar mengajar satuan pendidikan di pulau terluar 3T harus berlangsung dengan baik setiap hari.

Kelangsungan proses belajar mengajar setiap hari di sekolah berskala kecil itu membuktikan wujud nyata kehadiran negara dalam memenuhi kebutuhan dasar pendidikan anak-anak di    Kepulauan Mapia.

Kepulauan Mapia secara geografis administratif pemerintahan masuk wilayah Kabupaten Supiori. Duku kepulauan ini dikenal dengan Pulau Freewill atau San David, yang merupakan gugusan pulau-pulau yang terletak di Samudera Pasifik.

Letak Kepulauan Mapia sekitar 290 kilometer dari Kota Manokwari dan 630 Kilometer dari negara tetangga Republik Palau dan Filipina.

Akses menuju ke Kepulauan Mapia satu-satunya hanya menggunakan kapal laut dengan jarak tempuh dari pelabuhan Biak kurang lebih 17 --18 jam.

Wilayah ini terdiri atas dua pulau utama, Pulau Bras (Berasi) dan Pulau Pegun (Mapia), Pulau Fanildo, dan dua pulau yang lebih kecil, Bras Kecil dan Fanildo Kecil.

Kepulauan Mapia -- dalam bahasa Sangir artinya elok -- dihuni 79 keluarga, sedangkan di Pulau Fanildo dibiarkan tanpa penduduk untuk menjaga keberlanjutan habitat satwa, seperti penyu dan burung camar.

Adapun potensi sumber daya alam yang dimiliki Kepulauan Mapia adalah perkebunan kelapa atau kopra yang diolah menjadi minyak goreng serta perikanan laut berupa ikan, penyu, dan hasil laut lainnya.


Masa depan Indonesia

Kepulauan Mapia menjadi wilayah terdepan Republik Indonesia di kepulauan Pasifik, yang saat ini memiliki dua sekolah untuk mendidik anak-anak di Pulau Mapia berupa PAUD dan Sekolah Dasar Negeri Kecil dengan peserta didik kurang lebih 70 siswa dan empat guru tetap.

Pendidikan di Pulau Mapia, dalam proses belajar mengajarnya menerapkan perpaduan Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Merdeka Belajar.

Pemerintah Kabupaten Supiori melalui Dinas Pendidikan setempat telah membangun sekolah dasar yang terdiri atas delapan ruangan, sementara untuk PAUD saat ini masih menggunakan balai kampung sebagai tempat belajar siswa.

Ke depan, gedung sekolah PAUD diupayakan dapat dibangun Pemerintah untuk membentuk pelajar berkarakter Pancasila dengan mengacu pada Kurikulum Merdeka Belajar.

Siswa-siswi lulusan SD Negeri Kecil Mapia yang mau melanjutkan SMP dapat ke Kota Biak atau di luar Papua.

Koordinator Pengelola PAUD Tunas Kepulauan Mapia Nova Rumbiak menyebut pembelajaran siswa PAUD di Mapia tetap mengutamakan kearifan lokal dan menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar dengan konsep sekolah yang menyenangkan.

PAUD Tunas Kampung Mapia setiap hari mendayagunakan guru lokal untuk mengasuh dan mendidik anak-anak belia tersebut.

Anak-anak di Mapia terlihat antusias mengikuti pembelajaran di sekolah meski lokasi sekolah berada di pusat pemerintahan Kampung Mapia.

Siswa PAUD Tunas hanya berjumlah 11 anak. "Mereka setiap hari mengikuti pembelajaran yang menyenangkan dengan bermain, belajar, bernyanyi, dan menerapkan nilai-nilai religius dalam upaya untuk menciptakan generasi emas Indonesia 2045 dan Papua Cerdas, Papua Sehat, Papua Produktif," urai Nova.

Sementara itu, guru tetap SD Negeri Kecil Pulau Mapia Yustinus Kiambo menyatakan kendala tenaga pendidik yang mengajar di wilayah 3T merupakan tantangan yang harus dihadapi setiap hari.

Misalnya, terbatasnya buku pelajaran sebagai bahan pembelajaran siswa, akses transportasi ke Kepulauan Mapia yang terbatas, hingga jaringan komunikasi yang masih sangat terbatas.

Namun, bagi para guru yang mengabdi di wilayah 3T Pulau Mapia, mereka tidak pernah putus asa dan tetap semangat mencerdaskan anak-anak di kepulauan ini.

Kekurangan dan keterbatasan yang diterima guru di pulau terluar itu bisa diterima dengan lapang dada karena dianggap sebagai bagian dari tugas pengabdian dan kenyataan yang harus dihadapi dengan kesabaran.

"Kami punya harapan besar bahwa hak anak atas pendidikan tetap terpenuhi karena anak-anak juga punya cita-cita menjadi anak pintar," kata Kiambo.


Perhatian Pemerintah

Membangun sumber daya manusia berkualitas, berkarakter, cerdas, dan sehat melalui satuan pendidikan sekolah di wilayah 3T khususnya Kepulauan Mapia telah menjadi perhatian khusus pemerintah daerah dan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Ristek.

Pemerintah Kabupaten Supiori, melalui Dinas Pendidikan memberikan atensi khusus bagi guru tenaga pengajar di satuan pendidikan khususnya sekolah di pulau terluar 3T Kepulauan Mapia dan Pulau Meosbenpondi.

Kebijakan Pemerintah terhadap program pendidikan di wilayah 3T, antara lain, membangun gedung kelas baru, perpustakaan, laboratorium, dan fasilitas olahraga siswa.

Adapun perhatian Pemerintah kepada guru di wilayah 3T, antara lain, memberikan insentif berupa tunjangan khusus pendidikan, uang lauk pauk, dan tunjangan penghasilan pegawai dengan besaran bervariasi sesuai pangkat, golongan, dan jabatan.

Loyalitas dan pengabdian guru mengajar di sekolah wilayah 3T di lingkup Pemerintah Kabupaten Supiori dinilai baik dan telah teruji.

"Ini bukti bahwa satuan pendidikan di wilayah 3T, mulai PAUD, SD, dan SMP telah menjalankan proses belajar mengajar dengan sepenuh hati," ujar Sekretaris Dinas Pendidikan Supiori Nehemia Imbab.

Keuletan dan kesabaran guru dan semangat belajar siswa yang terlihat selama ini menjadi cahaya terang bagi masyarakat setempat dalam menatap masa depan Kepulauan Mapia yang lebih berpengharapan.

Editor: Achmad Zaenal M
 

Pewarta: Muhsidin
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2024