Denpasar (ANTARA) -
PT. PLN (Persero) mendukung Bali menjadi pusat wisata kesehatan (medical tourism) dengan memasok listrik ke pembangunan Bali International Hospital (BIH) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, Denpasar, Bali.
 
Plh General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Bali Patar Situmorang dalam keterangannya di Denpasar, Senin mengatakan penyambungan listrik di rumah sakit yang digadang-gadang akan menjadi tujuan wisata medis terkemuka di Indonesia itu dilakukan dalam kurun waktu empat hari dari target 100 hari dengan daya pasok sebesar 2.180 kilo volt ampere (kVA).
 
Ia mengatakan kontribusi PLN kali ini merupakan komitmen BUMN energi itu untuk mendukung pembangunan Bali dalam memberikan layanan kesehatan yang bersaing di tingkat global.

Baca juga: InJourney data 16 klinik internasional hadir di KEK Kesehatan Sanur
 
“Rumah sakit yang memiliki standar pelayanan bertaraf internasional akan segera hadir di Bali. Adanya rumah sakit ini di KEK Sanur tentunya akan memberikan efek domino yang baik bagi ekosistem bisnis lainnya, untuk itu sudah selayaknya kami dukung penuh,” katanya.
 
“Sub sistem Bali, saat ini memiliki cadangan daya cukup dan kondisi ini masih aman untuk menyokong listrik yang dibutuhkan Bali International Hospital," ujarnya.
 
Pihaknya juga menyatakan kesiapan PLN untuk mendukung kebutuhan masyarakat, investor, maupun pemilik bisnis yang membutuhkan listrik untuk tak ragu menghubungi petugas agar segera dilayani dengan pelayanan dari PLN.
 
Sementara itu, Direktur Engineering Bali International Hospital Gus Rai menyampaikan apresiasi kepada PLN yang telah memberikan layanan terbaiknya.
“Mulai dari tahap permohonan hingga tahap penyalaan, seluruh prosesnya dilaksanakan dengan baik dan cepat, untuk itu kami sampaikan terima kasih kepada PLN atas kerja sama dan responnya selama ini,” katanya.
 
Terkait dengan pengembangan Bali sebagai salah satu destinasi pariwisata kesehatan, sebelumnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan pengembangan wisata kesehatan menjadi prioritas strategi nasional untuk menjawab tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia, yaitu pemulihan ekonomi dan kesehatan pascapandemi.
 
Karena itu, Kemenparekraf berkolaborasi dengan kementerian/lembaga, asosiasi, dan industri wisata kesehatan lainnya guna implementasi empat pilar yang telah disepakati dalam mengembangkan pariwisata kesehatan, yakni wisata medis, wisata kebugaran, wisata olahraga kesehatan berbasis acara olahraga, dan wisata ilmiah kesehatan berbasis MICE.
 
Bali Medical Tourism Association (BMTA) dalam forum HIMSS APAC Health Conference & Exhibition beberapa waktu lalu menyampaikan bahwa dari 72 rumah sakit di Bali, sebanyak 14 rumah sakit dan tiga klinik telah menyediakan layanan wisata medis ada enam rumah sakit pemerintah dan delapan swasta.
 
RS pemerintah yang memiliki layanan unggulan seperti RSUP Prof. Ngoerah untuk layanan jantung, RS Mata Bali Mandara khusus mata, RS Bali Mandara khusus kanker, RS Bhayangkara untuk hiperbarik, RS PTN Universitas Udayana untuk penyakit infeksi, dan RS Mangusada Badung untuk kanker jantung.
 
Selain rumah sakit pemerintah, layanan wisata medis juga hadir di rumah sakit swasta seperti RS Siloam untuk ortopedi, RS BIMC Nusa Dua untuk kosmetik, RS BIMC Kuta untuk emergency.
 
Kemudian, RS Prima Medika untuk kanker, RS Bali Royal Hospital untuk bayi tabung dan bedah plastik, RS Kasih Ibu Saba dengan hiperbarik, RS Kasih Ibu Denpasar bedah syaraf dan RS Ramata khusus mata.
 
Untuk tiga klinik yang telah menghadirkan wisata medis di Bali yaitu Dental 911 untuk gigi, Klinik Penta Medika untuk evakuasi dan Klinik 221 Assist untuk evakuasi.

Pewarta: Rolandus Nampu
Editor: Adi Lazuardi
COPYRIGHT © ANTARA 2024