Padang (ANTARA) - Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat Supardi mengatakan Festival Maek yang berlangsung pada 17 hingga 20 Juli 2024 merupakan upaya mengenalkan peninggalan sejarah peradaban manusia pada zaman megalitikum kepada generasi muda.

"Festival dan pameran tentang Maek ini bertujuan untuk mengenalkan Maek serta peradabannya kepada masyarakat luas," katanya di Padang, Senin.

Sebelum Festival Maek digelar, pemerintah setempat terlebih dahulu melaksanakan pra-event, yakni pameran Maek. Pameran tersebut menyajikan sejarah dan peradaban tentang Nagari (desa) Maek di Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota yang terkenal dengan menhirnya.

Menurut Supardi, hingga kini peradaban Maek masih menyimpan teka-teki sejarah yang mesti dipecahkan ilmuan. Sebab, meskipun Universitas Gadjah Mada (UGM) sudah meneliti sebuah tengkorak manusia pada 1985, namun belum berhasil mengungkap sejarah peradaban di Nagari Maek.

"Menhir sebagai jejak peradaban menyimpan banyak misteri. Pada pameran ini masyarakat bisa melihat hasil penelitian para ahli termasuk artefak kuno dari peradaban Maek," jelas Supardi.

Selain fosil manusia pameran tersebut juga memajang penjelasan tentang menhir, sketsa Maek, ukiran menhir dan proses penelitian yang sudah dilakukan para peneliti.

Sementara itu, peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Triwurjani mengatakan Festival Maek merupakan bagian dari upaya daerah dalam menggali sejarah nenek moyang termasuk peninggalannya.

Secara khusus BRIN sengaja membawa fosil tengkorak manusia hasil ekskavasi pada tahun 1985 di Nagari Maek, Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota.

"Fosil ini sebagai bentuk penghargaan atas kegiatan ini. BRIN berharap Festival Maek memberikan dampak positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan," harap Triwurjani.

Baca juga: Jelajah Purba kembangkan sektor wisata prasejarah di lereng Argopuro

Baca juga: Arkeolog teliti potensi peninggalan megalitikum di Maluku Utara

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Riza Mulyadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024