Beijing (ANTARA) - Berbagai indikator menunjukkan kinerja ekonomi China membaik pada semester pertama (H1) 2024 sekaligus menandakan momentum pemulihan yang berkelanjutan di saat negara tersebut menghadapi rintangan dan hambatan dengan kombinasi kebijakan tertarget.

Berbicara dalam sebuah simposium mengenai situasi ekonomi pekan ini, Perdana Menteri (PM) China Li Qiang mengatakan bahwa perekonomian China mempertahankan momentum kenaikan yang baik dan memupuk pendorong pertumbuhan baru meskipun menghadapi lingkungan eksternal yang kompleks sejak awal tahun ini.

Li menekankan bahwa pencapaian oni "merupakan hasil dari usaha yang keras."

Kendati masih banyak kesulitan dan tantangan, sejumlah langkah kebijakan dari pemerintah terus berjalan, dan faktor-faktor pasar yang positif terus meningkat, kata PM Li.

Sinyal Positif

Perdagangan luar negeri China membukukan rekor tertinggi baru dalam enam bulan pertama tahun ini, dengan volume perdagangan barangnya meningkat 6,1 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 21,17 triliun yuan (1 yuan = Rp2.228), kata data bea cukai pada Jumat (12/7).

Secara khusus, pertumbuhan ekspor terus menunjukkan pemulihan, naik 6,9 persen (yoy) selama periode tersebut, sebuah angka yang disebut "melampaui perkiraan" oleh sejumlah media asing.

Belanja konsumen meningkat di tengah ledakan konsumsi jasa, karena konsumen China kini lebih bersedia mengeluarkan dana untuk bersantap di luar, menyaksikan konser langsung, dan melakukan perjalanan.

Menurut data dari Asosiasi Seni Pertunjukan China, pendapatan box office pertunjukan komersial di negara tersebut mengalami lonjakan sekitar 13 persen dari tahun lalu pada H1, mengindikasikan kian populernya kegiatan budaya dan seni di kalangan konsumen.

Angka tersebut sebagian besar sesuai dengan data konsumsi resmi yang diumumkan sebelumnya. Pada periode Januari-Mei, penjualan ritel barang-barang konsumen di China, indikator utama kekuatan konsumsi negara ini, naik 4,1 persen (yoy), menurut Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) China.

Investasi adalah indikator ekonomi lain yang diamati dengan saksama. Pada periode April-Juni, indeks aktivitas investasi proyek, yang disusun berdasarkan data bidding proyek oleh Pusat Informasi Negara (State Information Center/SIC) China, melonjak 32,1 persen dalam basis kuartalan (quarter-on-quarter), menunjukkan aktivitas investasi yang kuat meskipun terdapat hambatan dari sektor real estat.

Pertumbuhan indeks ini mengindikasikan bahwa implementasi proyek-proyek terkait akan dipercepat pada bulan-bulan berikutnya, karena memenangkan bidding adalah langkah pertama untuk melaksanakan proyek-proyek, kata Yang Daoling, kepala divisi departemen pengembangan mahadata (big data) dari Pusat Informasi Negara.

Industri yang berhubungan dengan teknologi menjadi sektor yang disukai kalangan investor. Data NBS mengungkap bahwa investasi dalam industri teknologi tinggi membukukan pertumbuhan luar biasa dengan mencatat kenaikan 11,5 persen (yoy) pada periode Januari-Mei, jauh di atas pertumbuhan utama investasi aset tetap yang hanya sebesar 4 persen.

Instrumen Kebijakan

China telah menetapkan target pertumbuhan tahunan sekitar 5 persen untuk keseluruhan 2024. Pada kuartal pertama tahun ini, ekonomi China berekspansi sebesar 5,3 persen.

Meskipun mengakui adanya kemajuan, PM Li juga menekankan perlunya untuk tetap berpikiran jernih. Dia mengatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan menjadi lebih kompleks dibandingkan sebelumnya, dan oleh karena itu mengatasi masalah-masalah rumit dalam operasi ekonomi membutuhkan upaya yang besar.

Perekonomian China saat ini menghadapi lingkungan eksternal yang semakin kompleks dan berat, permintaan domestik efektif yang tidak memadai, serta kekuatan pendorong endogen yang belum diperkuat, kata juru bicara NBS Liu Aihua dalam sebuah konferensi pers pada Juni.

Mengingat ketidakpastian eksternal yang masih menghantui, sepenuhnya memanfaatkan pasar China yang sangat besar dan mendorong permintaan domestik tetap menjadi kunci untuk menopang pertumbuhan.

Guna memacu permintaan pasar, China menerapkan beberapa kebijakan pada Juni, termasuk memperluas kebijakan transit bebas visa, melonggarkan pembatasan pembelian kendaraan, serta mempromosikan konsumsi barang elektronik yang cerdas dan bertenaga kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

China juga memulai putaran baru kebijakan tukar tambah (trade-in) barang konsumen pada Maret. Menawarkan lebih banyak subsidi dan insentif, inisiatif ini meningkatkan penjualan berbagai produk seperti mobil, peralatan rumah tangga, dan perabot.

Di bidang fiskal, China mengadopsi sejumlah kebijakan fiskal proaktif, termasuk penerbitan obligasi negara khusus jangka ultrapanjang, untuk menggenjot investasi dan konsumsi. Sementara itu, suku bunga, pendanaan kembali (refinancing), dan instrumen moneter lainnya juga telah dimanfaatkan untuk memperkuat penyesuaian counter-cyclical (kebijakan proaktif pemerintah guna mengatasi pergerakan siklus ekonomi yang ekstrem) dan mendukung ekonomi riil.

Selain memanfaatkan konsumsi dan investasi untuk merangsang pertumbuhan, China juga memperkenalkan sejumlah kebijakan yang mencakup berbagai pendekatan untuk meredam dampak dari sektor properti.

Kebijakan-kebijakan yang telah diumumkan sejauh ini termasuk kebijakan-kebijakan preferensial untuk pembeli rumah, fasilitas pemberian pinjaman kembali (relending) bagi perusahaan-perusahaan milik negara lokal untuk mengambil pinjaman dan membeli rumah-rumah komersial untuk perumahan yang terjangkau, serta mekanisme daftar putih guna membantu para pengembang yang kekurangan dana untuk mengakses kredit.

Zhang Bin, wakil direktur Institut Ekonomi dan Politik Dunia di Akademi Ilmu Sosial China (Chinese Academy of Social Sciences/CASS), mengatakan bahwa kurangnya permintaan masih menjadi masalah utama yang menghambat operasi ekonomi China.

Zhang menyerukan upaya-upaya untuk lebih lanjut memperkuat penyesuaian counter-cyclical dengan memanfaatkan kebijakan-kebijakan fiskal dan moneter.

Selama simposium ekonomi itu, PM Li menekankan bahwa langkah-langkah kebijakan harus difokuskan pada pencapaian target pertumbuhan ekonomi tahun ini.

China harus lebih lanjut memastikan pelaksanaan kebijakan makroekonomi yang solid, berupaya meningkatkan sinergi kebijakan, meningkatkan efektivitas implementasi kebijakan, serta memfasilitasi perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dan sehat, kata Li.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024